Gak
kerasa sudah tahun berlalu.
Iyalah,
siapa sih yang bisa merasakan waktu.
Saya
malah lebih suka menyebutnya sebagai ‘menjalani
waktu’.
Kalau ada yang nanya,
nikah itu enak gak?
Subjectively, I said better to be single.
Yap, kalau bicara soal enaknya menjalani hidup yak. Sebab menikah berarti juga menambah kewajiban.
Siapa sih orang di dunia ini yang senang kewajibannya ditambah? Bagi orang yang
orientasi hidupnya hanya seputar bagaimana memperoleh kesenangan dan
kenyamanan, marrieage its not an easy way.
Not at all.
Misalnya setahun belakangan
as a wife, maka semua
keputusan, tindakan, omongan, kegiatan,
sampai ke perbuatan-perbuatan kecil harus memikirkan dan
mempertimbangkan suami dan keluarga.
Tapi
perlu dipahami, bahwa enak dan indah itu adalah dua hal yang tidak selalu
berkorelasi positif.
Setahun
belakangan, hampir setiap pagi bangun dengan oksitosin yang membuncah terus.
Barangkali karena masih newly weds
ya, tapi saya berdoa semoga seterusnya otak akan dipenuhi oksitosin pada orang
yang sama. Bukankah oksitosin membuat segala sesuatu di dunia ini terasa indah?
Lalu,
apa-apa yang jadi pertimbangan, menjadi keputusan bersama, dan dijalani bersama,
terasa meaningful. Saya punya harapan
untuk terus bertahan dan berjuang. Malah sekarang lebih hati-hati terhadap diri
dan keluarga, menjaga kesehatan dan meminimalisir resiko-resiko lainnya. Ya,
seperti yang saya bilang, jadi lebih banyak memikirkan orang lain ketimbang
diri sendiri.
Terus
yang jadi the best part of marriage,
menurut saya, sekarang saya sudah tidak tidur
sendirian lagi (literally).
Gak ngerasa sepi lagi (yes, I hate
loneliness!). Walaupun kadang pas
tidur lagi berantem, but It much better
than to be alone.
Well, marriage not
make everything easier, but it makes everything possible and meaningful.
0 Comments
thanks for your comment.
will be shown after moderation