Jika
kawan sering membaca cerita Abu Nawas, cerita-cerita jenaka nan satir dari Nasruddin
ini bernuansa hampir sama. Seperti pula Abu Nawas, tak ada yang tahu siapa
sebenarnya Nasruddin Hoja.
Namun
Abu Nawas dan Nasruddin jelas dua orang yang berbeda. Abu Nawas berlatar
belakang penyair, sedangkan Nasruddin diyakini adalah seorang mullah/guru/ulama
bermazhab Imam Hanafi yang berasal dari Turki.
Saya
sendiri mulai mengenal cerita-cerita Nasruddin sejak SMP secara tidak sengaja. Cerita
Nasruddin cukup mudah dinalar, namun tetap mengandung humor yang dalam.
Kemarin, karena sudah kehabisan buku bacaan di
rumah, iseng saya mampir ke perpustakaan daerah. Di sinilah saya menemukan sebuah buku lama
berisi kumpulan cerita Nasruddin Hoja yang lumayan lengkap.
Meski sudah lama tak membacanya, cerita-cerita
Nasruddin tetap memukau. Selera satirnya tak ada yang bisa mengalahkan.
Ada
satu cerita dalam buku tersebut, mengenai seseorang yang bertanya apa
sesungguhnya nasib, dan Nasruddin menjawab dengan sangat ‘mengena’.
“Nasib adalah asumsi-asumsi. Engkau
menganggap bahwa segalanya akan berjalan dengan baik, tetapi kenyatannya tidak
begitu. Itulah yang disebut nasib buruk. Sekarang, kau punya asumsi bahwa
hal-hal tertentu akan menjadi buruk, tetapi ternyata tidak terjadi. Itu nasib
baik namanya.
Engkau punya asumsi bahwa sesuatu akan
terjadi atau tidak terjadi. Dan engkau kehilangan intuisi atas apa yang akan
terjadi. Engkau punya asumsi bahwa masa depan itu tidak bisa ditebak, ketika
engkau terperangkap di dalamnya, maka engkau namakan itu nasib. “
(Nasruddin Hoja)
0 Comments
thanks for your comment.
will be shown after moderation