“ There must be, uncomfort feeling, awkward moment when you wake up in the morning, on different bed, as usual. Feel different smell of the air that you take.”But I always miss that feeling, sometimes trying to repeat once, and once more.
Makassar Golden Hotel, di Makassar
Debur
ombak berkejaran subuh itu. Hujan
gerimis dan mendung. Tak ada mentari. Deretan huruf membentuk kata ‘Pantai
Losari’ dapat saya lihat di kejauhan melalui jendela kamar. Begitu pintu yang
menghubungkan kamar dan balkon saya buka, angin menghantam. Besar, kencang, dan berbau laut. Antara
terkejut dan suka.
Pagi yang membuat saya
mengucapkan syukur berkali-kali. Rasanya mewah sekali. Ke Makassar dalam rangka berlibur,
sendirian, dan tentu dengan budget yang
harus diminimalisir. Kemarin siang saya
mendapat kabar seorang kawan lama sedang bertugas di Makassar. Ia mengajak saya menginap bersama. Setelah
malam sebelumnya saya menginap di hotel kelas Melati. Penginapan tua, kamar
sempit dan lembab, kamar mandinya membuat dahi mengernyit dan hidung
mengerucut, serta kebisingan suara karaoke yang terdengar jelas hingga dini
hari. Jadi mana tega saya menolak ajakan kawan saya itu.
View dari dalam kamar- Makassar Golden Hotel |
Konon, Hotel Golden Makassar ini
satu-satunya hotel yang bersisian dengan Pantai Losari. Ia dibangun sebelum
sebuah peraturan muncul. Hotel-hotel lain yang dibangun setelahnya, hanya boleh
didirikan di jalan yang bersebrangan dengan Pantai Losari.
Kawan sekamar saya sudah balik
ke Jakarta tadi subuh. Jadilah saya menyamar menggunakan namanya. Menikmati
sarapan pagi penuh gizi. Untuk standard hotel bintang 3, sarapan paginya cukup
memuaskan. Western, tradisional, and Chinese food. Skala 1-10, saya kasih nilai
7,5 deh.
Lobbi- Makassar Golden Hotel |
Menikmati sarapan pagi, Makassar Golden Hotel |
Grand Aston City Hall di Medan
Menyeruput
kopi pagi hari, menikmati pemandangan dari jendela kamar yang berada pada
lantai entah keberapa belas. Pertama kalinya menginjakkan kaki di Medan.
Pengunjung
hotel cukup ramai. Saat itu musim libur, meski saya ke Medan bukan dalam rangka
berlibur. Menurut rekan kerja yang asli Medan, bangunan
hotel ini dulunya adalah bagian dari Bank Indonesia. Berada tepat di pusat Kota Medan, tepat di
seberang Merdeka Walk.
Kamar, Grand Aston Medan |
Tiga hari saya menginap. Dengan
rate 600-700an, hotel ini menawarkan fasilitas dan pelayanan hotel bintang 4
yang memuaskan. Sarapannya oke. Banyak varian menu. Rasanya pun menggoyang
lidah. Good food, good taste. Kamar
luas, lokasi strategis, harga bersaing. Yang agak mengecewakan hanya kolam
renangnya. Kecil, bentuknya gak menarik,
dan outdoor.
Grand Aston Medan |
Kamar, Grand Aston Medan |
*review ini sebatas yang penulis alami. Tentu
saja berisi penilaian subjektif penulis.
** foto-foto merupakan koleksi pribadi penulis
** foto-foto merupakan koleksi pribadi penulis
3 Comments
Wahaaa..menggantikan teman. Eh emang bisa mbak? Gak di cek yah katepenya? Aku kok tiap nginap di hotel berbintang mesti di cek yahh :3
ReplyDeleteTemenku kan udah check in duluan. Klo pas check out kan gak di cek lagi identitasnya :p
ReplyDeleteZahra. Hehe semua ada waktunya. terus usaha dan doa. That's all :)
ReplyDeletethanks for your comment.
will be shown after moderation