“ There must be,
uncomfort feeling, awkward moment when you wake up in the morning, on different
bed, as usual. Feel different smell of the air that you take.”
But I always miss that feeling, sometimes trying
to repeat once, and once more.
Hotel Richie di
Malang
Pertama kalinya ke Malang, saya memesan hotel ini atas rekomendasi seorang kawan yang berdomisili di Malang. Tepat di sebelah Gramedia, hotel ini merupakan hotel tua yang masih berada dalam area alun-alun Kota Malang. Budget saya 100 ribu per malam. Ya sekalinya melakukan personal trip, tetap saja saya menjadi traveller kere. Bussiness trip berarti memanfaatkan sebaik-baiknya fasilitas yang ada. Personal trip berarti tekanlah biaya seminimal mungkin, semampunya. Ingat, prinsip-prinsip ekonomi tersebut harus selalu ditegakkan, Kawan.
Hotel ini lebih mirip rumah tua
besar jaman baheula. Kamar saya, sebagai kamar termurah di hotel ini, berada di
lantai 3 dengan tangga berkelok-kelok. Kamar tua, ranjang tua, dan kamar mandi
yang sepertinya baru ditambahkan. Untuk urusan aerasi, saya hanya bisa membuka
jendela lebar-lebar. Jangankan air conditioner, kipas angin pun tak ada. Untungnya
Malang dianugrahi cuaca yang adem. Malam hari, saya masih bisa tidur nyenyak
sembari menarik selimut.
Hotel Richie- Malang |
Hotel Richie- Malang |
Hotel Richie- Malang |
Hotel Richie- Malang |
Fave Hotel di Surabaya
Komentar saya: sangat tidak memuaskan.
Ya kalau dibandingkan dengan beberapa budget hotel yang pernah saya singgahi
seperti POP atau Swiss-bell inn.
Kamar sangat sempit, peralatan mandi yang gak lengkap (cuma
ada sikat gigi dan sabun), resepsionisnya gak ramah, lobby nya jelek, sempit,
agak kotor, pengap dan gak wangi sama sekali. Lift nya berbau apek, plus
breakfast yang rasanya tak terdefinisikan. Ngakunya buffet, tapi semuanya
minimalis dan seuprit-uprit.
Tapi menurut seorang kawan, meski punya standard yang sama,
keadaan hotel bermerek sama di kota berbeda, bisa jadi berbeda. Mungkin Fave Hotel di kota-kota lain
kondisinya bisa berbeda. Ya dari beberapa review yang saya baca tentang Fave
Hotel, kebanyakan pelanggan
merekomendasikan hotel ini. Entah saat itu saya sedang tidak beruntung, atau
mungkin ada satu prinsip lagi yang harus ditegakkan: jangan pernah percaya
review 100% (termasuk review saya ini :p)
Yang jelas, nanti kalau ada tugas lagi ke Surabaya, saya
berharap tidak berjodoh lagi dengan hotel ini.
Fave Hotel Surabaya |
Fave Hotel Surabaya |
*review ini sebatas yang penulis alami. Tentu saja berisi penilaian
subjektif penulis.
2 Comments
Ehh,. Richie hotel belum pernah lihat. Mungkin karena pas di Malang gak pernah cari penginapan ya, langsung di kos2an ajaa.. Hehe..
ReplyDeleteFavehotel, pernah nyoba yang di bypass Kuta, Bali. Dan yapp,. super minimalis. Tapi brekafastnya enak banget yang di Bali mbak. Super duper 'njawani'. Plus sambal matang yang slalu hadir di setiap pagi. Heuheu
Mae... iya,aku kelebihan huruf I deh.
ReplyDeleteNama hotelnya setelah di cek dan ricek : Hotel Riche. Tau lah ya? pas di samping gereja di alun-alun, hanya dipisahkan jalan.
Hehe, mungkin karena seleraku bukan selera jawa kali yee :p
thanks for your comment.
will be shown after moderation