Tentang Sore Kemarin

Tentang Sore Kemarin

Kemarin sore, terbirit-birit ke Blok M, naek kopaja, duduk persis di tepi jendela, memandangi hujan yang tak berhenti sejak siang hari. Saya telat, karena keasyikan baca buku, padahal sudah ada janji dengan seorang kawan di Blok M.
Khatam satu novel Tere Liye yang berjudul “Kau, Aku, dan Sepucuk Angpao Merah”.  Good book is a trigger for wider and wiser mind.  Ada banyak pikiran yang berkecamuk. Tentang harapan, takdir, dan segala sesuatu yang berjalan di luar rencana. Takdir itu memang misteri.
Saya duduk tenang, memandangi jendela yang basah perlahan. Ramadhan datang kembali. Tanggal 5 ramadhan esok, saya berusia 27 tahun menurut perhitungan kalender hijriyah.  Ada banyak hal berjalan di luar rencana. Fate, ternyata memiliki scenario yang jauh lebih hebat, dari apa yang bisa manusia bayangkan. Saya kerap merasa, apa yang saya berhasil capai, semua semata karena keberuntungan. Ya saya Cuma beruntung. Tau cita-cita saya sewaktu kelas 6 SD hingga kelas 2 SMP?, Tamat SMA, saya kursus kecantikan di Jakarta, pulang kampung, buka salon. Itu terjadi karena saya kerap menemani kakak ke salon. Sederhana bukan?.. Beranjak kelas dua SMP, saya mulai memikirkan kuliah di sebuah universitas swasta di Jakarta, selesai kuliah, pulang kampung, lalu meneruskan usaha keluarga.  Saya bahkan gak pernah bercita-cita menjadi apoteker. Boro-boro kuliah di perguruan tinggi negeri ternama.
Pun saya yang tidak pernah bercita-cita menjadi PNS, lalu Allah kasih kesempatan menjadi PNS.  Ya waktu itu saya cuma beruntung bisa mengalahkan ribuan peserta lainnya. Kebetulan pertanyaan-pertanyaan yang muncul saya tahu jawabannya.
Lalu saya resign, dan sekarang bekerja di perusahaan swasta.  Bahkan sampai detik ini saya masih bingung, ternyat saya bisa melewati fase itu, mengalahkan ketakutan-ketakutan, dan ya saya baik-baik saja. Kecerdasan standard, IPK pas-pasan, kemampuan presentasi di bawah rata-rata, ambisi gak besar.  Banyak yang lebih hebat dari saya. Tapi saya terus berjalan. Keep moving, never look back. Saya hanya punya keberanian dan keyakinan. Dan tentu saja, lagi-lagi Alhamdulillah,  keberuntungan.
Hujan semakin deras, jalanan melengang, sopir kopaja menggila.  Adalah Borno, bujang dengan hati paling lurus di sepanjang tepian Sungai Kapuas.  Ialah tokoh utama novel tersebut. Tak ada yang istimewa dari Borno,kecuali ketulusan dan kejujuran yang ia miliki. Yap, ketulusan, sesuatu yang amat sulit  ditemui belakangan ini. Saya selalu jatuh cinta pada laki-laki tulus. Dan ya…saya jatuh cinta pada dia. Sayang, takdir kami tak bertaut. Rasanya sakit, pasti. Marah? Ya saya sangat marah. Tapi kalau disuruh untuk mengembalikan waktu dan tidak bertemu dia. Nope. Saya tetap ingin bertemu dan mengenal dia. Laki-laki itu mengenalkan saya banyak hal tentang kebaikan dan ketulusan. Dua bulan belakangan, saya belajar banyak hal dari dia. Mengenal diri, mengenal hati, mengenal debar yang ternyata masih saya miliki. Kalaupun ia harus pergi, saya tetap akan berterima kasih kepadanya :)


Langit semakin memerah. Magrib hampir tiba. Kopaja masih melaju. Saya ingat betul, sewaktu kuliah, saya pernah menuliskan, sebuah harapa “AKU INGIN KELILING DUNIA, MELIHAT DUNIA, MENIKMATI SENJA DI BERBAGAI BELAHAN BUMI.” Tapi  waktu itu saya blank sama sekali, bagaimana cara mewujudkannya?. Mahasiswa gitu loh, masih bisa makan sampai akhir bulan saja rasanya sangat bersyukur. Jadi saya hanya menuliskannya, berpikir 10 tahun mendatang saya punya usaha sendiri, penghasilan yang cukup untuk jalan-jalan keliling dunia. Belakangan, 3 tahun terakhir saya melakukan puluhan, bahkan rasanya hampir ratusan perjalanan.  Ada saja jalan, ada saja kesempatan. Teman, uang, waktu. Semuanya seperti dimudahkan. Walau lingkup jalan-jalan saya masih Indonesia dan sekitarnya. But travelling really turn-up yourmind. Di tahun ketiga ini kerasa banget. Perjalanan sedikit banyak mempengaruhi pola pikir. Lebih bijak menerima perbedaan. Lebih ikhlas menerima kehilangan. Lebih legowo lah menjalani hidup ini. Perpisahan, pertemuan, cinta, sakit hati. Semua akan habis, semua akan berakhir. Seperti hidup itu sendiri.
Rasanya sangat-sangat bersyukur, saya punya kesempatan banyak melihat dunia, berkenalan dengan banyak orang, bertukar cerita, kadang entah pada siapa. Melihat, mendengar, dan memahami. Tiga hal paling berharga dalam setiap perjalanan.  Dan saya beruntung bisa mencicipinya :)
Kopaja tiba di di Terminal Blok M. Saya berlari-lari kecil. Hujan masih mendera. Waktu berbuka hampir tiba. Kawan saya sudah menunggu. Buka bersama, bertukar cerita, berbagi tawa, lalu tarawih. Tiada kata selain syukur. Alhamdulillahi rabbi :)



Post a Comment

4 Comments

  1. Cerita hidup selalu indah untuk ditorehkan... ^^

    ReplyDelete
  2. Mbak Rika,. aku selalu suka dengan caramu bercerita.
    5 Ramadhan? Wahh,. ulang tahun kita selisih 6 hari. Hehe..
    Slamat ulang tahun mbak. Barakalaahu fii umrik :)

    ReplyDelete
  3. Mas Ari. Terima kasih telah membaca. Mari mberbagi cerita ^^

    Mae. Wah...berarti kita sama-sama saling menyukai donk :p. I like yourway to tell the story also.
    Dari namanya, udah ketahuan Mae lahir pas ramadhan. Kembali. Barakallahu fii umrik :)

    ReplyDelete
  4. Wuih mba...Terharu baca postingan ini. Serasa nulis kisah pribadinya Zahra juga mba >_<
    Barakallahu fii umrik ya mba. Telat banget ngucapinnya. Tp esensinya insya Allah ga berkurang kok mba. Ciahaha :D

    ReplyDelete

thanks for your comment.

will be shown after moderation