KIsah Sepotong Hati “Sesungguhnya godaan terbesar datangnya justru dari hati itu sendiri”

KIsah Sepotong Hati “Sesungguhnya godaan terbesar datangnya justru dari hati itu sendiri”

                Sesampainya di Indonesia, dalam sebuah kontemplasi, akhirnya saya sadar. Godaan terbesar saat berada di tanah suci, adalah hati dan perasaan sendiri.
                Sebuah puisi, yang saya buat Maret lalu, berisi kehampaan diri. Jatuh cinta. Sesuatu yang saya nantikan hampir  2 tahun belakangan.  Merasa hati ini nyaris telah beku.
                                                                                *
‘Jagalah hati’ begitu kata seorang ulama kondang, dalam sebuah lagunya yang terkenal.
 Iya, godaan itu datangnya dari hati ini sendiri. Hati ini menemukan, hati ini pula kadang mencelakakan.
Godaan pertama adalah: Allah memberi saya nikmat jatuh cinta. Rasa itu terasa getarnya di Madinah, dan semakin kuat ketika berada di Mekkah.  Semakin terasa, dan membuat tubuh bergetar, tiap kali hendak menunaikan sholat di Masjidil Haram.  Dan debarnya itu hampir tak dapat saya kendalikan ketika tawaf, semakin saya mendekat ke Ka’bah, rasa-rasanya debar itu bisa membunuh saya. Tau kan rasanya jatuh cinta bagaimana?.  Hanya istighfar dan dzikir yang mampu saya lakukan.
Godaan kedua adalah: I fall in love with the wrong guy.  I fall in love. I fall in love. I fall in love. Tiga kali saya ulang. Means saya tidak main-main dengan rasa yang saya sebut ini. I fall in love. Melawan perasaan hebat, yang sudah lama tak mampir, yang saya rindukan sangat, tapi kali ini datang, dan harus ditepis.  Diantara sa’I, tawaf, sholat, dzikir, berdo’a di tempat mustajab, dan mengaji, lalu debar itu datang.  Bayangan laki-laki itu muncul. Sering saya terhenyak, lalu beristighfar. Mengalihkan ingatan, melawan hati, mengabaikan rasa. Sulit. Sungguh sulit.

Bahkan, ketika akan berpisah dengan kota Mekkah, saat melakukan Tawaf Wada’ (tawaf perpisahan), saya hanya bisa menangis.  Saya takut, teramat sangat takut akan ibadah saya yang masih jauh dari kata sempurna akankah diterima Allah. Godaan yang teramat besar, yang datangnya justru dari hati sendiri. Saya hanya bisa memohon kiranya Allah, Zat yang Maha Mulia, berkenan menerima ibadah apa-apa saja  yang saya lakukan selama umroh. Aamiin. 

Post a Comment

0 Comments