Stasiun Tawang |
Sudah jadi kelumrahan jikalau
menjelang natal dan tahun baru harga transportasi massa melonjak naik. Pesawat, kereta, kapal,
bus, semua menawarkan harga tiket di luar logika. Putus asa menghadapi tiket
pesawat yang begitu mahal di masa libur natal dari tanggal 22-25 Desember lalu,
maka saya memutuskan berlibur di Pulau Jawa saja. Malang menjadi tujuan saya. Sayang, tiket
kereta ke Malang dan ke Surabaya tak tersisa lagi. Karena waktu libur
yang ada lumayan lama, yakni 4 hari, maka saya dan seorang kawan yang bersama
saya dalam perjalanan kali ini memutuskan untuk mampir dulu ke Semarang.
Di
hari Jumat yang selalu dinantikan orang-orang yang menjadi buruh di
kantor-kantor, yang selalu mengharapkan akhir minggu datang lebih cepat, maka saya pun mencoba strategi untuk pulang lebih cepat,
pukul 15.30 saya sudah kabur. Petualangan saya diawali dengan kebangkitan
angkutan umum bernama Ojek. Betapa tidak, ojek yang biasa mangkal dimana-mana,
sore itu sangat susah ditemukan. Tak ada opsi lain, hari jumat menjelang long week end, ditemani hujan yang
melanda Jakarta yang berarti kemacetan tiada tara. Tak mungkin untuk naik taksi, tak mungkin pula naik
metromini jika saya tak ingin ketinggalan kereta akan berangkat pukul 18.10 dari
Stasiun Senen.
Hampir
1 jam, sekitar pukul setengah lima
sore barulah saya berhasil menemukan sebuah ojek yang bersedia mengantar. Meski
ongkos yang dibandrol setara dengan naik taksi, yakni 80 ribu rupiah. Tetapi
kalau bukan karena si abang tukang ojek, saya rasa perjalanan ini tak akan
terlaksana. Mulai dari Cilandak, Mampang, Kuningan, Menteng, Tugu Tani, hingga
Stasiun Senen macet tak berkesudahan. Saya tiba di Gambir pukul 18.15.
Untungnya sarana transportasi umum di Indonesia tak setepat negara-negara
tetangga. Saya tiba di peron keberangkatan ketika sebuah pengumuman
berkumandang, kereta api Gumarang tujuan Semarang
baru saja diberangkatkan dari Stasiun Kota.
Gumarang mengangkut gerbong kelas bisnis dan ekonomi AC.
Perjalanan
ke Semarang
menempuh jarak 440 KM (menurut keterangan sebuah plang di stasiun), kereta
ekonomi AC yang saya tempati nyaman dan bersih. Dini hari, hampir setengah 2
pagi, kereta tiba di Stasiun Tawang. Kemana kaki harus melangkah?. Meski tak
ada niat untuk melakukan pemesanan hotel, minimal saya tetap mengumpulkan
informasi mengenai penginapan-penginapan di lokasi yang akan saya tuju.
Tiba di stasiun,
langsung saja kawan saya menelpon hotel yang sudah menjadi incaran. Sebuah
hotel bernama Pelangi terletak persis di seberang stasiun, hanya di pisahkan
dua ruas jalan dan sebuah sungai, atau kali mungkin lebih tepatnya.
Plang penginapan |
Masih ada kamar
kosong. Ongkos hotel per malam 150 ribu. Standard room, AC, kamar mandi di
luar, no breakfast. Cukuplah kalau hanya untuk mandi dan tidur sebentar. Pukul 8 pagi saya sudah siap di lobi. Menitipkan ransel
sekaligus check out. Saya punya waktu lebih kurang 14 jam untuk keliling Semarang. Malam ini
kereta Majapahit ke Malang
akan berangkat pukul 22.30. Oke tidur di kereta lagi. Ada
445 KM (lagi-lagi merunut pada keterangan di stasiun) untuk kami tempuh menuju Malang.
ruas sungai atau kali yang di depan Stasiun Tawang |
Salah satu sudut penginapan |
0 Comments
thanks for your comment.
will be shown after moderation