Lawang Sewu |
Petualangan di
Semarang di mulai cukup pagi, jarum jam menunjukkan pukul 8 lewat beberapa
menit. Diawali dengan berjalan kaki di sekitar kawasan Kota Tua Semarang sembari
mengambil beberapa jepret gambar. Kota tua di Semarang, dalam pandangan
saya, tak jauh beda dengan Kota Tua di Jakarta, terdiri dari beberapa blok
bangunan tua, yang sayangnya tidak terawat, berbau pesing hampir di semua sisi
bangunan, kecuali sisi depan, serta identik sebagai tempat tinggal kaum
menengah ke bawah. Sebuah kenyataan yang miris jika harus membandingkan dengan
Kota Tua lain yang pernah saya kunjungin
di Penang, Malaysia.
Bangunan pertama
yang saya cari adalah Gereja Blenduk. Cukup berjalan kaki tak sampai 15 menit
dari penginapan. Selesai mengabadikan beberapa gambar, tentu saja dari luar
bangunan. Tempat ibadah memang semestinya bukan konsumsi turis. Hari masih
pagi, saya lalu sarapan di sebuah warung bakmi jawa tepat di seberang gereja. Saat
melakukan perjalalanan, menjaga tubuh agar tetap fit adalah prioritas utama.
Selanjutnya
partner perjalanan saya request mau
ke Lawangsewu. Bulan Juni 2012 lalu, saat jalan-jalan ke Semarang dan Jogja saya sempat mampir ke
Lawangsewu. Tapi bolehlah mengulang lagi. Dari Gereja Blenduk hanya butuh waktu
sekitar 10 menit naik mentromini menuju Lawangsewu di kawasan Tugu Muda. Pengalaman kedua ke Lawangsewu, saya tak
begitu bersemangat untuk foto-foto. Positifnya, saya lebih fokus membaca
sejarah, megamati detail bangunan dan benda-benda di ruang pamer Gedung C.
Lawang Sewu |
Sebelum
pukul 11 siang tour singkat di Lawangsewu sudah berakhir. Semarang masih cerah ceria. Duduk-duduk dulu
di depan Tugu Pemuda, we have no
appropriate destination. Sembari menikmati es cendol durian yang sedap,
saya dan kawan bernegosiasi tempat mana lagi yang harus dikunjungi.
Klenteng Sampokong,
menjadi pilihan selanjutnya. Dekat dan tak macet, argometer di taksi
menunjukkan angka 15.000 ketika sampai di gerbang. Untuk masuk Klenteng ini
pengunjung dikenakan biaya 6000 rupiah per orang. Bagi saya, bangunan Klenteng
masuk dalam kategori mewah. Di dalam kompleks terdapat beberapa bangunan besar
sebagai tempat sembahyang. Tak jauh dari gerbang besar yang berlawanan arah
dari tempat pengunjung masuk, terdapat patung Laksamana Cheng Ho. Karena fungsi
utama bangunan sebagai tempat peribadatan, maka pengunjung yang memiliki niat
untuk berwisata, hanya diijinkan mengitari sekitar kompleks tanpa masuk ke
anjungan. Kurang dari dua jam, Kleteng Sampokong sudah cukup memuaskan saya.
Salah satu sudut Klenteng Sampo Kong |
Definisi
jalan-jalan bagi saya rasanya kurang lengkap kalau tak ke pantai. Di tengah
hari yang mendung, saya menuju Pantai Marina.
Akses menuju ke sana agak susah, tempatnya ‘mblusuk’. Satu-satunya pilihan yang tepat dan cepat ya
naik taksi.
Belum ramai
pengunjung saat saya tiba. Hanya beberapa muda mudi yang sedang memadu kasih,
beberapa pemancing amatir, dan dua orang bapak-bapak yang sedang mengais rezeki.
Pantai Marina, Semarang |
Tak ada pasir,
hanya deretan batu karang yang disusun apik, air laut berwarna coklat, dan
angin bertiup cukup kencang. Saya menikmati sesi foto-foto, ngobrol, sembari
makan bakso.
Pada libur natal
2011 silam, saya terjebak hujan lebat nan hebat di Belitung. Kali ini rupanya
hujan tetap tak ingin ketinggalan meramaikan liburan saya. Dari pantai menuju
jalan raya terdekat, dimana saya bisa menemukan taksi, jaraknya kira-kira 1 KM.
Baru ada setengah perjalanan, ketika hujan turun sangat deras. Hampir satu jam
saya tertahan di sebuha bangunan, yang entah itu bangunan apa. Menelpon taksi
juga tak ada guna, saya bahkan tak tahu alamat dan letak persisnya bangunan
tersebut.
Hampir senja
saat saya tiba di Gang Lombok,di daerah Pecinan, Semarang. Malam ini saya
berencana mengunjungi Pasar Semawis, sebuah pasar malam dadakan yang dipenuhi
pedagang berbagai jenis makanan. Yang
cukup mendominasi adalah: lumpia, seafood, dan berbagai olahan babi.
Hujan baru mereda
menjelang isya. Pengunjung mulai ramai berdatangan. Saya singgah pada sebuah
warung makan seafood. Makan yang banyak. Malam ini saya akan tidur di kereta
lagi. Perjalanan masih akan dilanjutkan.
Menu makan malam di Pasar Semawis |
Pasar Semawis sehabis hujan |
3 Comments
Asyiiiik jalan-jalan, ini masih ada sambungannya nggak mbak?
ReplyDeleteSalam kenal ya :D
Halooo mbak Rikaaaa,.. Baru pertama ini main ke blognya. Mbak Rika juga suka jalan-jalan yah?? Sama donk. Hehe..
ReplyDeleteSalam kenaaal (Lagi) :D
Chici. Salam kenal jugaaa :)
ReplyDeleteArmae. aiihh kita kan sudah pernah tidur bersama, masa mau kenalan lagi? :p. Iya, sapa sih yang gak suka jalan-jalan: :)
thanks for your comment.
will be shown after moderation