Menyoal Kesempurnaan Hidup

Menyoal Kesempurnaan Hidup


Apa yang kita cari dalam hidup?. Materi, cinta, pangkat, kekayaan, iman, Tuhan, tawa. Semata semua untuk memperoleh hidup yang sempurna.
            Seperti halnya apa yang saya lakukan tiap hari. Mencari, berusaha, mendapatkan, memiliki hal-hal yang akan menyempurnakan hidup saya, sesuatu yang akan melengkapi hidup saya. Sesuatu yang tak saya miliki, dan kemudian ingin saya miliki.
            Tuhan tampaknya tak pernah menyempurnakan hidup seseorang. Mendapatkan sesuatu berarti kehilangan sesuatu. Memerlukan sesuatu maka hilang yang lainnya. Hidup menjadi pilihan-pilihan dengan konsekuensinya masing-masing. Hidup memiliki sisi-sisi yang tak pernah bisa saling berhadapan, namun terus berbelakangan. Ketika pilihan menghadap sisi utara, maka bersiaplah kehilangan yang selatan. Ketika pilihan menghadap sisi barat maka bersiaplah kehilangan yang timur. Lalu apakah saya akan menewaskan impian saya untuk memiliki hidup yang sempurna? Bersiap menjadi manusia yang menuruti ketidaksempurnaan tersebut?.
            Bukankah hidup hanya terdiri dari dua hal, syukur dan sabar. Jika diberi cobaan bersabar dan jika diberi nikmat bersyukur. Padahal saya bukan termasuk golongan orang dengan tingkat kesabaran berlebih, dan ketika saya masih mencari apakah lantas saya menjadi orang yang tidak bersyukur?.
            Saya ingin memiliki apa yang tidak saya miliki. Dan ketika sudah saya peroleh saya akan bersyukur bahwa ternyata apa yang menjadi keinginan tidak seindah ketika telah berwujud kenyataan. Itulah syukur yang saya inginkan: mensyukuri kesabaran dalam proses menyempurnakan hidup

Post a Comment

0 Comments