Gerbang Kuil di Chu Chi Tunnels |
Ada beberapa lokasi wisata yang bisa Kawan kunjungi saat ke Ho Chi Minh City. Salah satunya yang menarik adalah Chu Chi Tunnels. Karena tempatnya cukup jauh di luar kota, biasanya wisatawan mengandalkan jasa one-day- tour yang dimulai pukul 8 pagi waktu Vietnam. Sayangnya, ketika saya tiba di hotel, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 11 siang. Tak ingin membuang-buang waktu, saya memutuskan untuk berangkat ke Chu Chi Tunnels menggunakan kendaraan umum. Awalnya Mbak resepsionis menawarkan sewa mobil dan driver. Tapi sekali backpacker tetap backpacker *halah. Saya keukeh mau naik bus umum. Dari penginapan saya di daerah Cong Quynh, District 1, area ini cukup terkenal buat budget traveller, saya berjalan kaki sekitar 15 menit menuju Terminal Benh Thanh. Cukup mudah untuk menemukan terminal ini karena letaknya tepat di seberang Ben Thanh Market.
Sesuai instruksi Mbak Resepsionis, saya naik bus No.13 jurusan Benh Thanh- Chu Chi. Ongkosnya hanya 7000 VND (sekitar Rp3500). Saya duduk di pojok paling belakang, pas di samping jendela. Tepat di sebelah saya duduk serombongan anak muda yang lagi ngobrol seru dan makan kacang dan bakpao. Saya menyaksikan mereka makan dengan enaknya, apalagi mengingat sejak berangkat tadi malam dari Jakarta, saya hanya sempat sarapan mie di Changi Airport. Kondisi jalan mulus, perjalanan tersebut menyenangkan, sampai salah satu cewek dari rombongan itu muntah dan berkali-kali pula. Mana bis tersebut ber-AC dan punya pintu otomatis. Akhirnya saya memutuskan untuk tidur sambil menutup hidung.
Suasana di dalam bus |
Sesampai di terminal Chu Chi, (lagi-lagi) sesuai instruksi Mbak Resepsionis, saya langsung menuju Bis no 79. Bis ini akan melewati Chu Chi Tunnels. Entah Chu Chi Tunnels nya di kiri atau kanan jalan, entah seperti apa gerbang Chu Chi Tunnels itu, saya belum tahu. Yang penting naik bus dulu. Ongkosnya sama: 7000 VND. Saya duduk bersebelahan dengan seorang ibu yang sudah cukup berumur. Ia mengajak saya ngobrol dengan bahasa planet, yang saya tebak sebagai bahasa Vietnam. Mencoba akrab, saya menyebut-nyebut nama Chu Chi Tunnels, bermaksud menanyakan dimana letak persisnya. Namun Si Ibu hanya menggeleng. Teman saya mencoba bercengkrama dengan seorang anak berseragam, mungkin kalau di Indonesia anak SMA kali ya. Tapi hasilnya juga nihil, si anak hanya menggeleng. Lalu akhirnya saya menghampiri keneknya, menuliskan pada kertas “ Chu Chi Tunnels” dan dijawab dengan anggukan.
Kalau Kawan ingin mencoba petualangan ini, ingatlah bahwa Chu Chi Tunnels itu ada di sebelah kiri jalan. Dan sebenarnya tak perlu terlalu khawatir karena ada beberapa plang yang menunjukkan jarak menuju obyek wisata ini. Sekitar jam 1 siang, saya akhirnya sampai.
Gerbang Chu Chi Tunnels memang kurang meyakinkan. Tapi ternyata banyak hal menarik di dalamnya. Biaya masuk 80000 VND (Rp.40.000). Tempat pertama yang saya singgahi adalah kuil besar yang di dalamnya terdapat patung emas Ho Chi Minh. Tepat di samping kuil terdapat pagoda yang tak kalah megah.
Berada di dalam terowongan |
Sesi paling asyik, tentu saja saat memasuki terowongan Chu Chi. Setelah menunjukkan tiket, pengunjung akan diberi sticker lalu ditemani seorang guide untuk masuk ke hutan buatan dimana terdapat terowongan Chu Chi. Terowongan ini sangat luas, terdiri dari berbagai ruang dan terhubung satu sama lain. Ada ruang strategi perang, ada ruang memasak, ada ruang khusus komandan, ada juga ruang perawatan, dan ruang rapat. Perlu energi ekstra untuk melewati terowongan yang sangat sempit ini. Di akhir sesi penelusuran, pengunjung akan diberi kesempatan untuk duduk ditemani seorang gadis Vietnam sambil menikmati ubi rebus yang dicocol dengan campuran tumbukan kacang dan gula. Makanan andalan tentara Vietnam saat dulu berperang.
Tak hanya melewati terowongan, Bapak Guide juga menunjukkan berbagai jebakan, ranjau, senjata, dan tempat persembunyian kala masa peperangan. Ada pula sesi menonton film dokumenter tua tentang perjuangan Vietnam melawan Amerika.
Oh ya, ada yang menarik saat saya melihat-lihat di toko souvenir. Saya menemukan minyak urut khas Indonesia yang dijual di sana.
The Trap: No one get out alive |
Dan hal menarik kedua yang saya sadari adalah di dalam area wisata, saya menemukan banyak muda-mudi yang sedang berpacaran. Hal yang tak lazim saya temui di Indonesia, pacaran di tempat bersejarah. Ya lain kali bisa menjadi inspirasi saya kalau di Indonesia, sesekali pacaran ke tempat bersejarah :D
Gerbang yang kurang meyakinkan |
Ubi rebus dan cocolannya |
Kuil Paman Ho |
Ini minyak urut buatan Indonesia |
0 Comments
thanks for your comment.
will be shown after moderation