Hidup saya mendekati usia dua puluh-sekian, suatu usia yang bukan belasan lagi. Usia dewasa yang seharusnya membawa saya pada kedewasaan. Yang seharusnya membawa saya pada keimanan. Nyatanya saya masih anak-anak. Masih orang yang didominasi oleh naluri dan emosi. Masih orang yang imannya hanya dipengaruhi lingkungan eksternal. Saya masih begitu labil, dan bahkan tak tahu apa yang saya maui tentang dunia ini.
-Pondok Labu, tergesa-gesa akan ke kantor-
0 Comments
thanks for your comment.
will be shown after moderation