Senja itu sehabis bercengkrama dengan kawan-kawan kos, saya masuk ke kamar, melirik ke hp , eh ada 11 misscall dari abang ipar. Tumben, karena yang sering menelpon saya paling dari no telpon rmah, kalo gak dari hp kakak-kakak saya. Saya lalu misscall balik, saya sudah ada dah firasat buruk. Handphone saya berdering lagi, di seberang sana emak saya nanya kapan saya libur, kalau dah libur saya harus segera pulang soalnya bapak sedang sakit. Kemudian suara berganti jadi suara kakak. Katanya saya harus pulang besok. Besok pagi, tak tau bagaimana caranya, saya harus cari tiket buat pulang ke rumah. Saya bingung banget, di luar hujan sangat deras diiringi petir. Senja berlalu, dan hari semakin gelap. Saya lalu sholat magrib. Datang lagi telpon, dan terdengar suara kakak sambil nangis bilang kalau bapak dah gak ada. Saya hanya diam, gak tahu mau apa lagi, di kamar sendiri. Kata kakak, saya harus pulang besok, apapun yang terjadi.
Bapak akan dikubur sehabis sholat ashar, oh..berarti saya masih punya waktu. Ternyata berhubung rumah saya terletak di daerah rawa dan dipinggir laut, sedangkan saat itu bulan Desember adlaah musim pasang. Air laut semakin sore akan naik semakin tinggi, termasuk menggenangi kuburan..So bapak harus dikubur abis dhuzur. Dimulailah pertarungan saya melawan waktu. Baru kali ini sepanjang perjalanan hidup saya, gue bisa serius dan benar-benar takut untuk menyesal. Biasanya saya adalah gambler sejati. Tapi kali ini saya takut kalau kalah, maka saya akan menyesal seumur hidup.
Malam itu di tengah hujan deras dan pikiran acak-adut, saya berburu tiker pulang. Pas nyampe stasiun, baru aja kereta terakhir berangkat. Pupuslah harapan saya. Handphone tak berhenti berdering dan pikiran kalut. Saya semakin bingung, selama berjam-jam saya keliling nyari tiket pulang. Akhirnya tiket ke Jakarta sudah ada di tangan.
Saya baru bisa istirahat jam 12an malam, lalu sholat, sementara kepala terasa pusing sangat, mungkin karena kehujanan mungkin pula karena sedih. Saya gk bisa tidur nyenyak, pesawat berangkat jam 6 pagi. Sepanjang perjalanan di pesawat, airmata seakan gak berhenti, kepala pusing (sumpah baru kali itu kepala saya rasanya mau pecah), saya takut gak bisa liat bapak for the last time. Saya bakal ngerasa bodoh banget kalau sampai kehilangan momen itu.
Sampai di Soekarno-Hatta, saya belum dapat tiket ke Jambi. Bolak-balik gak karuan, uang sempat kurang, sementara ATM tiba-tiba ngadat. Akhirnya pukul setengah 11 saya tiba di Jambi. Sebenarnya hanya butuh waktu 2 jam, tapi jalan lintar Sumatra tak pernah semulus jalanan di Jawa. Untuk sampai ke rumah, butuh waktu 2,5 sampai 3 jam. Sekali lagi hanya doa yang bisa saya rapalkan, semoga Tuhan masih berpihak kepada saya.
Sebenarnya saya tidak terlalu kaget dengan kabar ini. Sebelumnya saya memang sudah dikabari kalau bapak masuk rumah sakit. Sudah cukup lama beliau keluar masuk rumah sakit karena penyakit kronis. Awalnya gangguan jantung, kemudian turut mengganggu sistem metabolisme, kena asam urat. Diagnosis terakhir malah ginjalnya yang kena. Prediksi saya bapak gak meninggal karena gangguan jantung, tapi karena obat jantung yang diminumnya selama bertahun-tahun dan akhirnya merusak ginjal dan hati. Seingat saya tiap hari bapak setidaknya harus minum 3-5 biji obat. Mana ada ginjal dan hati yang kuat, tapi yah sekali lagi ini emang takdirNya.
Saya terkahir ketemu bapak sewaktu mudik lebaran oktober 2007. Untung saat itu saya pulang, karena sempat kepikiran juga buat gak pulang. Alasannya simpel, saya males pulang. Ternyata itu lebaran terakhir bersama bapak. Pas saya mau balik lagi ke Jogja, saya berangkat dari rumah pagi-pagi, masuk ke kamarnya dan cium tangan bapak dan bilang ” Pa, aku pergi dulu ya.....”. Kalau diingat sekarang ya sedih banget, bapak waktu itu gak ngomong apa-apa. Mungkin gak sempat, karena saya sedang terburu.
Memang benar doa punya kekuatan. Saya sampai di kota kelahiran, saya langsung menuju ke kuburan. Prosesinya belum selesai hanya karena menunggu saya. Saya langsung digiring menuju sebuah kotak. Kain kafan dibuka. Saya meliaht bapak for the last. Then i kiss him for the last time. How I feel his body so cold. An empty body. Kain kafan langsung ditutup kembali, bapak langsung dimasukkan ke liang lahat. Dan itulah akhir perjalanan hidup manusia. Good bye..., Dad………..
Emak bilang ke saya, kalau pesan bapak terakhir adalah saya harus kuliah sampai S2. Alhamdulillah saya sudah menunaikan amanah tersebut. Barangkali amanah tersebutlah satu-satunya motivasi saya untuk menyelesaikan kuliah.
1 Comments
saya ikut berdukacita.
ReplyDeletesemoga motivasi itu akan terus menyemangati s2nya.
thanks for your comment.
will be shown after moderation