Rumah itu kini kosong. Rumah yang saya diami sejak kecil, dan selalu menjadi tujuan akhir sejauh apapun saya melangkah. Tempat yang mejadi simbol dan mengingatkan dari mana saya berasal.
Saya memang sudah merantau hampir 9 tahun. Tapi saya tak pernah lupa rumah. Saat libur tiba, saya akan kembali ke rumah. Dan rumah itu kini kosong. Penghuninya satu persatu pergi, entah untuk pindah atau untuk pergi selamanya.
Bulan lalu saya pulang kampung, kakak saya dipanggil yang Kuasa. Rumah itu kini kosong. Saya hanya menemukan beberapa onggokan perabot tua, cat yang memudar, kayu yang melapuk, dan debu dimana-mana. Kata Emak, rumah itu akan dijual. Hanya tinggal menunggu pembeli yang cocok.
Rumah itu kini kosong. Rumah warisan dari kakek itu, terletak di pinggir tanjung. Setiap pagi udara dingin laut meresap masuk melewati jendela-jendelanya. Bau laut memang berbeda, saya menikmatinya. Sehingga saya tumbuh menjadi manusia yang tergila-gila dengan laut.
Miris membayangkan liburan mendatang saya tidak kembali ke rumah itu. Rasanya seperti kehilangan seseorang yang sangat berarti. Setiap pulang ke rumah, ada lejitan-lejitan kenangan yang muncul bersama perasaan nyaman dan aman. Seperti film yang memutar kembali adegan-adegan sejak saya kecil hingga sekarang.
Rumah itu kini kosong, tak terurus, berdebu, dan melapuk. Seandainya bisa, saya ingin menunggui rumah itu. Sayangnya keadaan berkata lain. Jika nanti rumah itu benar-benar dibeli seseorang, maka yang tertinggal hanya kenangan pada sebuah rumah. Ia meyaksikan saya tertidur, tertawa, bermain, berdoa, mandi, makan, terhina, bersembunyi, bahagia, dan menangis. Sejelek apapun rumah, atau semegah apapun rumah secara fisik, yang paling berperan adalah kenangan yang terhimpun di dalamnya.
Namun bukankah bicara tentang hidup berarti bicara tentang kenangan ?. Kenangan yang saya miliki rasanya sudah cukup. Masih syukur saya pernah merasakan punya rumah dan keluarga seindah itu. Lain waktu, jika Tuhan mengizinkan, saya akan membangun tempat tak kalah indahnya. A place called home. Amin.
Pondok Labu, Maret 2011
0 Comments
thanks for your comment.
will be shown after moderation