Susur Goa: Alternatif lain Berwisata Alam

Susur Goa: Alternatif lain Berwisata Alam

Minggu, 25 April 2010 lalu saya melewatkannya dengan acara susur goa Cerme. Ada 10 orang dalam rombongan plus 2 orang pemandu. Tidak semua orang dalam rombongan ini sudah saya kenal sebelumnya. Dan saya menyukai tipikal cara jalan-jalan seperti ini. Saya diajak seorang teman, saya pun lalu mengajak teman sedangkan teman saya yang mengajak juga diajak oleh temannya. Alhasil ada 10 orang dalam rombongan yakni: Astu, Milet, Elita, Sita, Mahfud, Aryo, Fachri, Harmi, Risma, dan tentu saja saya J.
Untuk masuk ke Goa Cerme sebaiknya didampingi oleh pemandu. Bayaran untuk seroang pemandu sekitar 10 ribu atau tergantung banyak orang dalam rombongan, setiap orang ditarik pungutan seribu. Berhubung si Mahfud dulu KKN di Imogiri daerah sekitaran Goa Cerme, ia kenal beberapa warga disana yang bersedia memandu gratis, hore………………..!!!. Untuk tarif masuk ditarik pungutan 2000 rupiah per orang. Sayangnya untuk kali ini tidak ada kata gratis (ngarep yah??? :p)
            Ini pengalaman pertama saya menyusuri gua alam karena itu saya merasa exited. Jaman baheula, sekitar 10 tahun lalu saya pernah masuk goa jepang di daerah Ngarai Sihanok, Bukit Tinggi. Tapi tentu saja goa tersebut gua buatan dan tidak terbentuk secara alami. Perjalanan menyusuri Gua Cermei memakan waktu sekitar satu jam dengat catatan rombongan kami tidak istirahat, hanya berhenti di beberapa spot tertentu sekitar 3-5 menit. Spot pertama Sekitar 30 menit perjalanan, kita menemukan titik mirip air terjun dengan debit besar sekali sampai-sampai tubuh saya rasanya seperti dipukuli orang banyak.
            Peralatan wajib yang harus dibawa adalah senter, karena di dalam tidak ada cahaya masuk maupun sumber cahaya sama sekali. Di dalam goa terdapat sungai bawah tanah sehingga jangan lupakan baju ganti plus gunakan sepatu atau sandal gunung. Kan gak lucu klo pake jepit terus lepas dan hanyut kemana-mana (^_*) padahal dasarnya berupa bebatuan yang cukup tajam. Pada kedalaman paling tinggi, air bisa sampai seleher saya (Catatan: tinggi saya 155 cm). Karena minimnya penerangan dan jalan yang berbatu-batu, kita harus bisa membagi perhatian antara arah jalan, mengawasi langkah agar tidak jatuh, dan menikmati pemandangan ornamen gua alam seperti stalagtit, stalakmit, pilar (column), helektit dan tentu saja ratusan kelelawar
Saya paling tertarik dengan sejarah atau asal mula sesuatu. Minimnya informasi yang saya peroleh dari pemandu membuat saya mencari informasi di mas Google. Nama  Goa Cerme  berasal dari kata Carame yang artinya ceramah. Konon goa ini dulu dijadikan tempat Walisongon mengajarkan dan menyebarkan agama islam. Sedangkan pada jaman Belanda, sungai di dalam goa sempat dijadikan pembangkit tenaga listrik.
            Letak goa cerme di Dusun Srunggo, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri.  Setahu saya tidak ada kendaraan umum yang sampai ke goa ini. Paling sampai ke Imogiri, dan dari Imogiri ke gua Cerme, jaraknya masih beberapa kilo lagi. Sehinga satu-satunya alternatif adalah kesana menggunakan kendaraan pribadi, motor, mobil atau kalau rombongan bisa menyewa  bus. Saya sendiri ke sana dengan mengedarai si Kumbang, motor kesayangan saya. Jalan yang dilewati cukup menanjak, tapi kehalusan jalannya tergolong baik.
Esoknya seorang teman mengeluh karena tangan dan kakinya memar akibat tersandung batu. Saya sendiri aman dari memar-memar, namun malam hari setelah caving saya gak bisa tidur karena rematik saya kambuh. Daerah sekitar lutut terasa sangat nyeri karena terendam air sungai (yang dingin banget) cukup lama. Bagi Anda yang punya penyakit asma, kurang fit, atau tidak tahan dingin jangan lupa untuk membawa obat-obat pribadi. Karena selama 1 jam kita akan terus terendam air, baju yang basah bisa membuat suhu tubuh semakin dingin, padahal kita harus terus berjalan kaki menyusuri goa. Don’t let yourbody make it bad, guys....
            Kalau ke jogja, jangan lupa menikmati wisata alam yang satu ini. Lumayan dapat pengalaman asyik dengan ongkos hemat (tetep aja hitung-hitungan ;D)
gue cermai, yogyakarta, kulonprogo, mahasiswa, universitas gadjah mada

                                                               Bagian dalam Gue Cerme

Post a Comment

0 Comments