Sebenarnya saya membaca isu corona
, atau sekarang disebut Covid-19 akronim dari corona virus disease 2019, sejak
Desember tahun 2019. Waktu itu saya memantau twitter, terutama keadaaan Kota
Wuhan dan Provinsi Huabei, Kasusnya baru mencapai puluhan, yang selang beberapa
hari mencapai ratusan. Sumpah, waktu itu saya cemas, sampai sulit tidur. Sempat
juga saya melempar isu di grup whatsapp, yang ditanggapi dengan santai oleh
teman-teman. Setengah bercanda waktu itu saya juga menganjurkan teman-teman
yang di apotek untuk banyak menyetok masker karena nanti bakalan jadi most wanted things. Waktu itu saya pikir
barangkali saya yang berlebihan. Atau saya hanya menakuti teman-teman saya. Atau
saya yang kebanyakan membaca berita internasional.
Meme Pandemik Covid 19 |
Januari dan Februari, corona
makin menyebar. Sudah menyeberang sampai
Asia Tenggara. Sampai Australia. Belum
masuk Eropa, dan kasus hitungan jari di Amerika Serikat. Indonesia masih adem
ayem. Maret mulai ada kasus Covid 19 pertama yang diumumkan pemerintah. Then suddenly we have thousands case, and
thusands suspected.
Indonesia memasuki tanggap
darurat bencana non-alam mulai pertengahan Maret 2020. Status tanggap darurat
sampai akhir Mei 2020. Walaupun saya menilai setelah menetapkan tanggap
darurat, pemerintah masih lamban dan gak gerak cepat menghambat dan mengatasi
penderita covid 19 ini. Teknis di lapangan masih simpang siur dan lamban. Terutama
hal yang berkaitan dengan administratif dan protap. Khas Indonesia banget lah.
Meme pandemic covid 19 |
Pertangahan Maret saya sudah mulai mengajar dari rumah
alias work from home. Tapi untuk pekerjaan di Apotek masih jalan terus, dan
saya anggap blessing in disguise karena
jadi sarana refreshing dan alasan keluar rumah. Awal-awal kerja dari rumah, dengan ketidakpastian keadaan di luar membuat saya cemas. Mengikuti perkembangan
berita Covid -19 di Indonesia dengan korban jiwa yang semakin banyak. Cemas,
susah tidur, gelisah, ketakutan. Kecemasan ini terus terang menggangu saya
dalam berfikir dan fokus. Saya jadi gak produktif. Padahal sebelumnya saya sudah terbiasa bekerja dari rumah, dan lumayan produktif dalam menyelesaikan task(s)
yang saya buat.
Mencari Solusi Cemas yang muncul karena pandemik Covid 19 |
Mendekati minggu ketiga ‘dirumahkan’ begini, saya mulai
beradaptasi. Mulai mengurangi konsumsi
berita yang makin bikin cemas. Meluangkan waktu untuk membaca komik digital dan
buku-buku yang tersebar gratis dalam memerangi pandemik ini. Sedikit
menenangkan dan menutrisi otak.
Menulis juga salah satu usaha saya menghilangkan kecemasan,
dan barangkali ini bukan tulisan terakhir saya mengenai curahan hati karena pandemik Covid-19 ini. Namun harapan saya, mudah-mudahan bencara dunia ini segera
berakhir. Aamiin.
The Great Empty - Kota London yang sepi karena lockdown |
Infografis - Berapa lama virus corona bertahan di permukaan benda mati ? |
Perbedaan gejala Covid 19, influenza, dan flu |
Samarinda,
Maret 2020
0 Comments
thanks for your comment.
will be shown after moderation