Madu Hutan Kalimantan : Makanan dari Hutan yang Mengandung Senyawa Antioksidan Tinggi

Madu Hutan Kalimantan : Makanan dari Hutan yang Mengandung Senyawa Antioksidan Tinggi



Apa yang terbayangkan dalam benak Kawan ketika mendengar kata ‘Hutan’ ?

“ kebakaran”

“ paru-paru dunia”
 
“belantara”

“tempat hidup hewan liar”

“terpencil”

             Barangkali tak banyak yang memikirkan hutan sebagai sumber pangan ketika membayangkan hutan. Padahal banyak pangan dari hutan yang bisa kita manfaatkan, dengan nilai gizi baik yang tak kalah dari produk pertanian atau perkebunan.  
                Sebut saja Madu yang berasal dari Hutan Kalimantan. Masyarakat kerap menyingkat sebutannya menjadi Madu Hutan Kalimantan. Adapun orang yang mengumpulkan Madu Hutan Kalimantan disebut dengan Pemungut Madu. Mereka masuk ke dalam hutan, mengumpulkan madu dari satu pohon ke pohon lain, untuk kemudian diolah dan dipasarkan.  
Pada tahun 2000, terdata hampir 48,8 juta penduduk Indonesia masih tinggal di dalam dan di sekitar hutan (data CIFOR yang dikutip dari situs WALHI). Bagi mereka, sumberdaya alam hutan mampu mendukung kebutuhan mereka terhadap sandang, pangan, dan papan. Tak terkecuali bagi Pemungut Madu yang memanen Madu Hutan antara bulan Februari hingga bulan Mei atau selama musim panas tiap tahunnya. Bagi Pemungut Madu, tumpuan sumber penghasilan berasal dari madu hutan yang mereka kumpulkan.
Madu Hutan Kalimantan berasal dari lebah (Apis sp.) yang mengambil nektar dari bunga  Pohon Akasia. Pohon Akasia memang banyak ditemui di Hutan Kalimantan dan memiliki Nilai Penting Vegetasi Tertinggi di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTKI) rantai Kalimantan Selatan.  Sedangkan lebah penghasil Madu Hutan Kalimantan umumnya berasal dari subspecies Apis cerana yang memiliki ciri ukuran tubuh relatif kecil dan banyak hidup di daerah tropis.

Lebah hutan, Apic cerana, lebah penghasil madu hutan kalimantan
Lebah Apis Cerana, lebah penghasil Madu Hutan Kalimantan


Mengapa madu sering dikaitkan  sebagai makanan yang bermanfaat untuk kesehatan ?

Sebab madu memiliki ciri khas yang berbeda dari tiap jenisnya. Ciri khas ini disebut dengan "Jejak Madu". Jejak madu bergantung dari subspecies lebah dan terutama nektar yang dihisap lebah tersebut. ‘Jejak’ madu ini menentukan  ragam kandungan biokimia serta kadar air dalam setiap madu. Itulah sebabnya masing-masing madu memiliki khasiat dan manfaat yang berbeda-beda pula. 

Sebut saja madu liar yang berasal dari lebah yang memakan nektar bunga liar, madu kopi berasal dari lebah yang diternakkan di perkebunan kopi, dan tentu saja madu hutan yang diambil dari hutan. Madu hutan, sebagai salah satu pangan dari hutan,  berasal dari nektar tanaman yang tumbuh secara alami dalam ekosistem beragam serta usia tumbuhan yang panjang, tentu menghasilkan ‘jejak’ madu yang kaya unsur biokimia yang bermanfaat.   

Lantas, apa saja kandungan  Madu Hutan Kalimantan ?

Kandungan kimia tertinggi pada madu meliputi 3 komponen yakni : gula, mineral, dan senyawa golongan fenolik. Nah ketiga komponen ini membuat madu menjadi salah satu sumber makanan yang paling bergizi dan bermanfaat.

Berikut penjelasannya : 
·         Gula. Madu identik dengan rasa manis karena memang mengandung kadar gula yang tinggi.  Kandungan gula pada madu berupa fruktosa dan glukosa. Fruktosa adalah gula yang hanya sedikit mempengaruhi kadar gula darah sehingga baik untuk penderita diabetes mellitus. Selain kedua  jenis gula sederhana tersebut (fruktosa dan glukosa), madu juga mengandung gula kompleks seperti oligosakarida. Gula kompleks ini lebih sulit dipecah, sehingga meskipun madu memberikan rasa manis namun tidak akan berpengaruh besar pada kadar gula dalam darah. Tentunya dengan catatan madu dikonsumsi dalam jumlah yang wajar, yakni satu sampai dua sendok teh per hari.  
·         Mineral. Madu mengandung mineral yang cukup beragam, sehingga baik untuk memelihara kesehatan tubuh. Coba kawan perhatikan suplemen daya tahan tubuh yang banyak dijual di apotek. Rata-rata isinya terdiri dari berbagai mineral. Sebab kekurangan mineral membuat tubuh lemas dan gampang terserang penyakit.   
·         Senyawa fenolik.  Madu Hutan Kalimantan mengandung banyak golongan senyawa fenolik yakni asam askorbat dan flavonoid. Manfaat senyawa fenolik adalah sebagai antioksidan. Semakin tinggi kandungan senyawa fenolik, maka semakin baik efek antioksidan pada madu. Cara gampang melihat kandungan senyawa fenolik pada madu dengan melihat intensitas warnanya. Semakin gelap warna madu, maka kandungan senyawa fenolik akan semakin tinggi.

Sebuah penelitian mengenai analisis kandungan Madu Hutan Kalimantan* menunjukkan bahwa Madu Hutan Kalimantan mengandung beragam mineral dalam jumlah tinggi diantaranya zinc, besi, kalium, natrium, serta magnesium. Selain itu, Madu  Hutan Kalimantan juga mengandung gula alami sejumlah 30% dan senyawa antioksidan yang jumlahnya dua kali lipat dari kandungan gula, yakni mencapai 65%.   


Warna madu hutan kalimantan
Madu Hutan Kalimantan yang diambil dari dari dua lokasi berbeda memiliki intensitas warna yang berbeda


Madu Hutan Kalimantan bisa diolah  menjadi apa?

Layaknya madu pada umumnya, Madu Hutan Kalimantan bisa dikonsumsi langsung, atau digunakan untuk tambahan bumbu olahan bakar-bakaran, saus, dan yang paling populer, madu digunakan sebagai pemanis pengganti gula yang ditambahkan pada minuman dan resep/ramuan kesehatan.

Olahan makanan dengan tambahan madu - Pisang goreng madu Bu Nanik (source)


Samarinda, Februari 2020

*Penulis adalah anggota tim peneliti mengenai kandungan biokimiawi Madu Hutan Kalimantan. Laporan lengkap mengenai hasil penelitian saat ini sedang dalam proses publikasi jurnal ilmiah. 
 

Post a Comment

0 Comments