Begitu mendengar kata literasi, barangkali yang terlintas
dalam pikiran sebagian besar orang adalah membaca. Padahal literasi merujuk
pada kemampuan berbahasa seseorang. Literasi meliputi empat aspek yakni
membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.
Empat keterampilan berbahasa. Sumber: twitter ivan lanin |
Lantas, mulai kapan kemampuan literasi harus dipelajari
seorang manusia?. Sedini mungkin. Semenjak seorang manusia mulai belajar
bicara, mendengarkan, menulis, dan membaca. Seorang anak memulai mengasah kemampuan
literasi sejak tahun pertama kehidupannya. Rumah menjadi tempat pertama bagi
anak untuk belajar literasi. Orangtua, pengasuh, keluarga inti punya peran besar.
#LiterasiKeluarga, yang merupakan bagian dari Gerakan Literasi Nasional, merujuk pada keterlibatan keluarga sebagai #sahabatliterasi
yang berperan serta mengasah kemampuan literasi anak di rumah.
Untuk usia pra-sekolah, ada 2 hal mulai bisa diasah yaitu: mendengar dan
berbicara. Lalu, apa yang seharusnya bisa anak-anak dengar dan bicarakan di
usia dini?. Salah satunya, dengan mendengarkan bacaan/cerita dari orangtua.
Kegiatan, yang di kemudian hari ketika anak-anak sudah bisa bersekolah, akan
membawa anak memiliki minat membaca dan menulis.
Menumbuhkan minat baca ini memang masih menjadi Pekerjaan
Rumah (PR) besar bagi Indonesia. Hasil survey UNESCO tahun 2016 menempatkan
Indonesia sebagai negara dengan minta baca terendah kedua di dunia. Indonesia berada
di urutan 60, satu tingkat d atas Botswana yang berada di urutan paling akhir. Bandingkan dengan celoteh netizen Indonesia di
media social. Warga Jakarta, melalui media sosial twitter, dinobatkan sebagai kota paling cerewet di dunia, mengalahkan Tokyo, London, dan New York, yang berada berurutan di bawah
Jakarta.
Tapi, seperti sebuah pepatah, “kita
tidak bisa memperbaiki masa lalu, tapi kita selalu bisa memperbaiki masa depan”.
Suatu saat, Indonesia harus bisa berada diperingkat yang lebih baik dalam
urusan minat baca warganya. Orangtua, khususnya emak-emak seperti saya, punya
kesempatan dan kewajiban menumbuhkan minat baca dan meningkatkan kemampuan literasi, untuk generasi yang lebih
baik di masa depan.
Saya sebagai ibu-ibu yang gemar membaca, dan memiliki dua
anak yang masih berusia balita, merasakan sendiri bagaimana menanamkan
kecintaan membaca pada anak itu susah-susah gampang. Susahnya dua kali,
gampangnya sekali ☺.
Tips bagi Ibu Untuk Menanamkan Literasi Membaca Pada Anak |
Mengapa susah menanamkan minat baca
pada anak-anak?
Ada
dua tantangan yang muncul ketika orangtua ingin menanamkan minat baca pada
anak. Tantangan pertama merupakan faktor eksternal. Di era revolusi industri 4.0 ini, menanamkan
budaya #literasikeluarga, terutama minat baca, berarti berhadapan dengan
gempuran gadget, game online, jutaan video youtube, serta siaran televisi yang
beragam. Tipikal entertainment yang sangat mudah diakses dan berbiaya relatif
murah. Terlebih, jika ingin membandingkan
dengan harga buku anak, terutama harga buku import, yang jauh lebih mahal
ketimbang harga kuota internet.
Tapi bukan emak-emak namanya,
kalau tak bisa bersiasat soal uang. Pertama, untuk membeli buku, saya menerapkan
prinsip : mencari buku murah, buku diskonan, buku preloved/bekas, atau lewat
jasa titip beli buku saat ada pameran buku. Tips kedua, menyisihkan uang dalam
jumlah tertentu dan menabung secara rutin. Selain anggaran rutin, biasanya saya
menambah tabungan beli buku dengan mengalihkan
anggaran entertain anak, seperti membeli
mainan, keperluan fashion anak, hingga bermain playground, untuk saya belikan
buku. Misalnya, jatah anak saya main di playground dua minggu sekali. Kalau
anak meminta main playground melebihi jatahnya, biasanya saya bujuk untuk main
ke toko buku dan membelikan buku. Hal lain yang saya : mencari gratisan. Ada banyak aplikasi sumber cerita/dongen yang
bisa diunduh gratis di Playstore Android, berbagai sumber bacaan anak di internet yang kemudian saya print sendiri, buku elektronik (e-book)
yang bisa saya unduh gratis lewat laman perpusnas RI, hingga berbagai ide,cerita,
dan alat bantu mengasah kemampuan literasi lainnya yang saya akses lewat
platform Pinterest.
Tantangan juga muncul dari
faktor internal orangtua anak. Memberikan anak waktu screen time, seperti menonton
televisi atau video di youtube, berarti orangtua bisa rehat dan santai sejenak.
Sementara kegiatan membacakan buku pada anak, berarti orangtua harus turut
serta membersamai anak. Khusus malam hari sebelum tidur, dengan sugesti diri
yang kuat, saya jadikan ritual untuk membacakan anak cerita sebelum tidur,
Sementara di siang hari, saya masih mengizinkan anak menonton televise atau video youtube dengan durasi tertentu.
Namun, menanamkan minat baca pada anak juga gampang.
Terutama kalau membandingkan usaha menanamkan minat baca pada manusia dewasa.
Pertama,
karena dunia anak kecil adalah dunia yang menyenangkan. Hal-hal sederhanan bisa jadi hal-hal luar biasa
dalam pandangan anak-anak. Saya memotong-motong sayur, saya membuka tutup botol,
saya mengetik di laptop. Semuanya dilihat anak saya dengan antusias. Apalagi
ketika saya bercerita dongeng atau membacakan sebuah buku. Anak yang biasa gak
bisa diam pun, kemudian duduk atau berbaring dengan manis. Kunci mengenalkan
sesuai pada anak : ajarkan dengan cara menyenangkan dan buat anak terlibat pada
kegiatan tersebut.
Alasan
kedua, anak kecil mudah sekali menyerap hal baru dan belajar dari kebiasaan
yang ditanamkan. Setelah membuat anak tertarik dengan kegiatan membaca. Maka,
pekerjaan rumah orangtua selanjutnya adalah melakukan secara konsisten agar jadi
kebiasaan. Kegiatan membaca bersama anak
dilakukan rutin di waktu yang sama. Yang paling jamak disarankan: membacakan
buku sebelum tidur. Kegiatan ini juga bisa jadi alarm bagi anak, ketika
mama/papa selesai membacakan buku, berarti mereka harus tidur.
Saat ini, anak pertama saya sudah menginjak usai hampir
empat tahun. Membacakan buku sebelum
tidur sudah tidak lagi cukup untuk melatih kemampuan #literasi nya. Meski belum
bersekolah, dia sudah menunjukkan ketertarikan pada huruf, pulpen, kertas, dan
gemar mencoret-coret. Ada banyak kegiatan lain yang harus saya susun agar kami
menjadi #sahabat literasi dan bisa menanamkan #literasikeluarga sejak dini.
#literasikeluarga #sahabatliterasi
* Diikutsertakan pada lomba menulis blog dengan tema Literasi Keluarga yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
* Diikutsertakan pada lomba menulis blog dengan tema Literasi Keluarga yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2 Comments
makasih sharingnya, intinya ibu jangan lupa rajin untuk bersama anak2 mendongeng, membaca dan lain2
ReplyDeletebetul BUn. Terimkasih telah berkunjung di blog saya
Deletethanks for your comment.
will be shown after moderation