Masih edisi bersih-bersih tulisan di masa lalu. Ketimbang
tersimpan di folder laptop, ya mending saya upload. Tentunya dengan sedikit
editing. Mudah-mudahan informasi yang
saya berikan bermanfaat, dan tentu saja meningkatkan kunjungan di blog ini. Hehehe.
Melawan Osteoporosis Dengan Lebih
Aman*
Penyakit
osteoporosis jamak dialami wanita. Sebab secara umum, di dalam hidupnya, wanita
akan mengalami tiga fase yakni hamil, menyusui dan menapouse. Nah saat
mengalami fase-fase tersebut, wanita memerlukan asupan kalsium yang sangat
besar. Saat fase hamil dan menyusui, seorang wanita harus berbagi kalsium dengan janin
dan bayi. Sedangkan saat menaupose,
hormon estrogen akan berkurang tajam. Padahal hormon estrogen berperan besar pada
penyerapan kalsium oleh tulang.
Kekurangan
kalsium pada fase-fase tersebut dapat menyebabkan osteoporosis primer. Kasus yang
paling sering terjadi sih saat masa menaupose. Dan penanganan osteoporosis itu gak dilakukan secara
instant seperti penyakit-penyakit infeksi. Biasanya dilakukan terapi jangka
panjang dan perbaikan pola hidup bagi penderita osteoporosis.
Terapi yang paling
sering ditawarkan adalah terapi sulih (pengganti) hormon estrogen dan
kadang-kadang bersamaan dengan pemberian progesteron. Sayangnya terapi ini
harus dilakukan seumur hidup. Mengapa? Karena sistem produksi hormon pada
manusia mengikuti kaidah feedback mechanism
alias mekanisme umpan balik. Jadi pembentukan hormon itu bergantung pada jumlah
hormon yang tersedia. Kalau jumlahnya sedikit, otak akan merepon untuk
membentuk hormon. Sementara kalau jumlahnya banyak, otak akan merespon untuk
menghentikan pembentukan hormon . Nah bagaimana kalau hormon diberikan dari
luar tubuh (terapi hormon). Ya otak tetap akan merespon bahwa hormon yang ada
di dalam tubuh sudah cukup, dan menghentikan pembentukan hormon. Jadi ya sekali
hormon masuk, tubuh akan ketergantungan terus.
Picture source |
Dan yang namanya
obat-obat hormonal itu hampir selalu mahal, selain juga efek samping yang gak
enak. Efek samping pemberian obat
hormonal antara lain pendarahan rahim, penggumpalan darah di pembuluh darah,
sampai meningkatkan resiko kanker kanker payudara dan leher rahim. Tapi, kawan
harus selalu ingat kalau efek samping ini gak selalu muncul di tiap individu.
Nah,
sebenarnya ada satu alternatif lain untuk memperoleh estrogen dari luar tubuh
dengan lebih aman yakni dengan mengkonsumsi fitoestrogen.
Apa
sih fitoestrogen?. Sesuai namanya, fito (phyto) berarti tumbuhan dan estrogen adalah hormon seks pada perempuan. Jadi fitoestrogen
merupakan estrogen alami yang berasal dari tumbuhan. Lah, jadi tumbuhan punya hormon juga ?. Bisa
ya bisa tidak. Jadi fitoestrogen ini walaupun bukan hormon namun memiliki sifat estrogenik
(memiliki kemampuan berikatan dengan reseptor estrogen). Sehingga mampu
menimbulkan efek layaknya hormon estrogen namun dengan efek samping yang lebih
sedikit. Saat ini dikenal tiga golongan senyawa
mampu digunakan sebagai fitoestrogen yaitu isoflavon, lignan, dan coumestan.
Bagaimana cara memperoleh fitoestrogen? tentunya dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen. Misalnya fitoestrogen dari golongan isoflavon yang banyak terdapat pada kedelai. Senyawa Genistein (golongan isoflavon) memiliki sifat sebagai fitoestrogen. Genistein mampu
meningkatkan massa tulang dan mineral tulang, serta memiliki efek sebagai
antikanker sehingga mampu melawan efek samping dari terapi sulih hormon
estrogen. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa mengkonsumsi 40 g protein
kedelai yang mengandung 90 mg isoflavon selama 3 bulan mampu mengurangi
pemecahan jaringan tulang. Saat ini bahkan telah ada produk komersil dengan
kandungan utama genistein yang dikombinasikan dengan vitamin D, K, dan kalsium
sebagai suplemen bagi penderita
osteoporosis.
Senyawa lainya
yakni lignan dan coumestan banyak terdapat pada kacang-kacangan, biji bunga
matahari, biji gandum dan wijen. Beberapa penelitian juga mengungkapkan bahwa
pepaya, daun kemangi, teh hijau dan bengkuang berkulit coklat mengandung
senyawa golongan fitoestrogen dalam jumlah besar. Jika repot mencari
bahan-bahan tersebut saat ini fitoestrogen dapat diperoleh dalam bentuk
suplemen. Namun kelemahan fitoestrogen harus berada dalam jumlah besar agar mampu
menimbulkan efek sebagai estrogen. Hal ini yang menyebabkan penggunaan
fitoestrogen sampai saat ini hanya sebagai pelengkap. Mengingat fitoestrogen
mampu menanggulangi efek samping dari terapi sulih hormon.
Tak hanya
mengobati, fitoestrogen juga dapat digunakan untuk mencegah osteoporosis. Tentunya
dengan tetap menjaga asupan kalsium, vitamin D, serta pola hidup. Misalnya rajin berjemur di bawah sinar
matahari pagi sebelum jam 09.00 dan sore sesudah jam 16.00, menghentikan
kebiasaan merokok, mengurangi konsumsi alkohol dan kopi, serta latihan fisik
seperti jalan kaki dan naik turun tangga. Apalagi bagi Anda yang berusia 30an,
sebabnya pada usia 30an pembentukan puncak massa tulang akan dicapai. Dan
apabila seorang wanita tidak mampu mencapai massa puncak tulangnya maka akan
beresiko tinggi mengalami osteoporosis saat menaupose. Lebih fatal lagi karena
osteoporosis hampir tidak memiliki gejala tertentu sampai penderita mengalami
patah tulang. Karena itu mencegah selalu akan menjadi lebih baik.
* dimuat di Majalah Info Obat Oktober 2008
0 Comments
thanks for your comment.
will be shown after moderation