PPBT
itu apa? PBBT itu singkatan dari Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi, semacam
kompetisi untuk perusahaan pemula (start-up) dengan inovasi teknologi tertentu
yang diadakan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi
(RIstekdikti) untuk memperoleh dana hibah.
Jadi
sewaktu saya ikut PBBT ini, I have no clue, kecuali informasi dari seorang
teman yang pernah ikut dan dapat dana hibah. Tapi kan saya butuh informasi
lain, apalagi ada sedikit perbedaan bisnis saya dan teman saya itu. Nah, ketika
mencoba searching di google, gak ada satu informasipun yang saya dapatkan, terutama mengenai pengalaman orang-orang yang
pernah ikut PPBT.
Jadi,
sekarang saya mencoba menuliskan pengalaman ikut PBBT ini. Nama kompetisi dan rule(s)
tiap tahunnya beda-beda sih. Pernah juga digunakan nama Kompetisi Inkubasi
Bisnis Teknologi (IBT).
Jadi yang saya ceritakan ini berdasarkan
pengalaman saya ikut di tahun 2018 ini. Pembukaan untuk PBBT 2018 ini dimulai sejak akhir 2017. PBBT
sendiri dibagi 2 kategori, kategori PPBT yang sudah berjalan bisnisnya dan
boleh diikuti oleh masyarakat umum atau badan usaha tertentu serta inkubator
bisnis, dan ada kategori CPPBT, C merupakan singkatan dari Calon. Jadi untuk
kategori CPPBT hanya boleh diikuti oleh perguruan tinggi di bawah LPPM, berlaku
untuk produk yang sudah berbentuk prototype, dan siap dijual di pasar. Saya
sendiri mengikuti kategori PPBT.
Untuk
pendaftarannya tentu saja dilakukan secara online. Kalau Kawan tertarik,
siap-siap di akhir tahun, biasanya sekitar bulan Oktober sudah ada pengumuman
terkait kompetisi PBBT ini. Ada banyak dokumen yang disiapkan, but it worthed,
karena dana hibah yang didapatkan juga lumayan banget. Untuk kategori startup,
bisa dapat dana gratis ratusan juta untuk mengembangkan bisnis, ya lumayan
toh?. Sebab ini dana hibah, bukan pinjaman berbunga rendah seperti LPDB ya.
Jadi bentuk pertanggunng jawabannya laporan penggunaan dana tiap bulan, serta
audit tahunan BPK.
Singkat
cerita, saya lulus seleksi substantif. Ada sekitar 250 peserta yang lolos tahap
substantif. I have no clue, berapa nantinya yang terpilih. Tapi melihat ke
belakang, tahun lalu ada 100 start up yang dapat dana hibah. Tahap kedua, yakni presentasi langsung di
depan reviewer di Jakarta. Ini sebenarnya tahap yang paling menentukan. Jadi
awal Februari kemarin, saya borongan, sama Amni dan Bapak Amni ke Jakarta.
Presentasinya
di adakan di Hotel Sari Pan Pacific. Melihat peserta yang membawa barang-barang
(produk harus ditunjukkan di hadapan juri), saya sempat minder juga. Ada yang
bawa drone, bawa printer 3 dimensi, tabung gas dari limbah tebu, dan banyak produk canggih lainnya. Saya sendiri cuma bawa beberapa produk kosmetik yang saya siapkan
beberapa hari sebelumnya.
Nah
di seleksi presentasi ini, I though I’ve failed. Ada beberapa kesalahan yang
saya buat: 1. Memang di aturan, Rencana Anggaran Belanja (RAB) tidak boleh
digunakan untuk membeli peralatan komputer, bangunan, atau tanah. Nah di RAB,
saya rencanakan untuk bikin workshop produksi dengna menyewa sewa. Nah ternyata
itupun tidak boleh. Padahal point RAB ini cukup besar nilainya. 2. Produk saya
belum diuji di laboratorium. Rata-rata produk peserta yang ikut, karena
kebanyakan di bawah perguruan tinggi, sudah diuji di laboratorium 3.Produk
saya, karena masih diolah dengan sederhana, jadi point plus untuk inovasi
teknologi nya gak dapet. 4. Setiap peserta wajib membuat video mengenai produk.
Karena gak ada keterangan lebih lanjut, saya bikinlah video tutorial mengenai
cara penggunaan produk (ala-ala beauty blogger), which is ketika ditanya juri, mereka menginginkan video
pembuatan produk tersebut. Krik
krik….
Jurinya sendiri ada 5 orang, dan
kalau saya perhatikan 4 orang dari ristekdiktinya, dan satu orang juri
independen, yang ternyata diambil dari dosen farmasi di salah satu perguruan
tinggi. Menurut saya, juri independennya ini kurang pas, karena dia hanya
membahas aspek teknikal dari produk, dan tidak membahas aspek bisnis. Ya itu, I have no clue. Ternyata pertanyaan
jurinya jauh dari perkiraan saya. Saya pikir, karena ini kompetisi bisnis, jadi
yang akan banyak dibahas seputar bisnis, kompetitor, market share, promosi, strategi
bisnis, dsb. Tapi ternyata fokus dari jurinya hanya RAB dan aspek teknikal
product-nya. Ya barangkali karena penyelenggaranya ristekdikti, jadi inovasi
teknologinya yang diutamakan.
Melihat
kekurangan-kekurangan tersebut, ya terus terang saya jadi pesimis. Tapi biar
gak sia-sia banget, at least, saya dapat kesempatan liburan sekeluarga, berbagi
cerita di blog, dan mudah-mudahan dapat kesempatan lagi untuk ikut PBBT (dan
tentu saja menang) di tahun-tahun selanjutnya.
Samarinda,
Februari 2018.
1 Comments
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
ReplyDeleteNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
thanks for your comment.
will be shown after moderation