Dapatkah
Kawan memberikan satu orang kenalan yang akrab dengan dunia internet namun
belum pernah sekalipun berbelanja
online? .
Dunia
terus berubah, Now, you can buy (almost) anything by online shopping.
Beberapa
tahun lalu, berbelanja online terasa cukup menakutkan. Bagaimana kalau saya
ditipu? Bagaimana mungkin mentransfer uang ke seseorang yang belum dikneal dan
emngharapkan ia dapat mengirimkan barang ke alamat kita?.
Namun
lama kelamaan, berbelanja online semakin jamak dilakukan.
Awalnya
terasa sangat menyenangkan, membantu, dan memuaskan.
Tapi
kini, saya merasa sudah dalam fase kecanduan. Dua minggu kurir gak datang
mengantarkan sesuatu ke rumah, rasanya ada yang hilang. Kalau bosan, jenuh atau
saat senggang, saya akan membuka aplikasi belanja online, melihat-lihat dan
akhirnya tergoda untuk berbelanja.
Berbelanja
online seolah menjadi candu
Sekarang
saya berandai-andai, seandainya saya
tidak memiliki akses untuk berbelanja online seperti 10 tahun yang lalu,
barangkali saya tidak akan berbelanja sebanyak ini.
Keep Calm and Stop Shopping |
Saya
mencoba memilah variabel yang menyebabkan saya berbelanja online:
1.
Barangnya tidak dijual di kota tempat tinggal
saya
2.
Baragnya ada dijual di sini, tetapi harga di
toko online lebih murah
3.
Barangnya ada dijual di sini, tapi di toko
online variasinya lebih banyak
4.
Barangkali barangnya ada dijual di sini, tapi
saya tidak tahu belinya di toko mana.
Sedangkan
dari segi urgensi kebutuhan, sebenarnya barang-barang yang saya beli bukanlah
kebutuhan primer. Kalau tak saya beli, saya tak akan mati atau masih dapat saya
beli barang substitusinya di sini.
Hanya
sejenis: kosmetik, baju, tas, aksesoris elektronik, perlengkapan bayi, dan
sebagainya. Barang-barang yang kalau tak saya beli pun, saya masih punya back-up barang serupa dengan manfaat
sama.
Masalahnya,
tiap minggu saya akan menksrining barang-barang apa saja yang saya ingin dan
atau butuhkan. Saya cari secara online ,
dan (pasti) dapat saya temukan. Dengan
harga yang tentu saja menggiurkan. Dan
akhirnya godaan berbelanja itu datang lagi.
Belum
lagi gempuran iklan. Buka facebook, buka instagram, buka portal berita, muncul
iklan barang-barang yang kita inginkan. Akhirnya ter-klik, akhirnya terbuka,
dan akhirnya masuk keranjang belanja.
SUdah
berbulan-bulan saya mencanangkan stop berbelanja online. Setidaknya dalam kurun
waktu tertentu. Saya merancang tidak
berbelanja online selama sebulan. Dan ya, saya selalu gagal.
Setelah
lebaran ini, berhubung kantong sudah kembali fitri, maka ada baiknya saya
kembali memulai STOP BELANJA ONLINE, setidaknya dalam satu bulan ke depan. Aamiin.
Dengan
niat lebih kuat. Dengan analisis lebih sebelum bertindak (berbelanja) , kalau saya tidak punya akses internet, saya tidak akan berbelanja
sebanyak ini, dah hidup saya akan baik-baik saja.
Cheers
J
Samarinda,
Juli 2017.
0 Comments
thanks for your comment.
will be shown after moderation