Cerita kegagalan saya mecoba bikin usaha setahun yang lalu bisa kawan baca di artikel ini. Nah jadi sekarang, selain meng update ke media sosial, saya lebih banyak berjualan di dua marketplace : Tokopedia dan Bukalapak.
Terus
terang berjualan menjadi lebih mudah sekaligus lebih sulit karena ada
marketplace. Ya, ada postif dan negatif berjualan di marketplace.
Lebih mudah, pertama karena traffic nya tinggi, jadi gak perlu lagi bikin akun di sosial media tertentu, dan mencari follower yang banyak.
Kedua, karena saya tidak berinteraksi langsung kepada pembeli, meskipun ada fitur pesan /kotak masuk, tapi untuk transaksi jual beli sendiri pedagang tinggal terima pesanan, kirim, dan uang bisa dicairkan.
Lebih mudah, pertama karena traffic nya tinggi, jadi gak perlu lagi bikin akun di sosial media tertentu, dan mencari follower yang banyak.
Kedua, karena saya tidak berinteraksi langsung kepada pembeli, meskipun ada fitur pesan /kotak masuk, tapi untuk transaksi jual beli sendiri pedagang tinggal terima pesanan, kirim, dan uang bisa dicairkan.
Kenapa saya malas berinteraksi langsung dengan
(calon) pembeli? Yang pernah jualan online pasti pernah ngerasain yang namanya
di PHP pembeli. Mulai dari minta diskon, ongkir yang kemahalan, minta dikirim
dengan kurir tertentu, sampai minta nomor rekening bank tertentu untuk
menghindari biaya transfer antar bank. Setelah capek capek chatting, menghabiskan
pulsa kalau pakai sms, menghitung ongkir
dari tiap kurir, eh ujung-ujungnya cuma dapat balasan : “oh klo gitu
nanya-nanya dulu aja ya sist”. Weleh…weleh…
Bahkan
di marketplace pun, “perihal nanya-nanya dulu ya sist” ini sering terjadi lewat
fitur pesan pribadi. Dan berdasarkan pengalaman, hanya 1 pembeli yang melakukan transaksi dari 10
pembeli yang bertanya.
Di
sisi lain, berdagang menjadi lebih sulit. Persaingan sudah berdarah-darah.
Harga sudah dijual murah, ternyata ada saja pedagang yang menjual barang lebih
murah. Weleh..weleh….
Belum lagi jumlah reseller dan dropshipper
yang bukan main banyaknya. Produk yang dijual harus hebat betul agar bisa
muncul di halaman pertama pencarian marketplace.
Belakangan,
seorang teman bertanya bagaimana caranya membuka toko di kedua marketplace
tersebut. Well, cara berjualan di Bukalapak dan Tokopedia bagi pemula sebenarnya sangat mudah. Pertama-tama, tentu saja
menginstall aplikasi tersebut di handphone Kawan.
Setahun yang lalu, saya memulai upload foto dan produk lewat PC, ternyata lebih ribet. Jadi saya sarankan install aplikasi marketplace tersebut di handphone. Bikin akun, dan mulailah mengupload produk yang akan Kawan jual.
Setahun yang lalu, saya memulai upload foto dan produk lewat PC, ternyata lebih ribet. Jadi saya sarankan install aplikasi marketplace tersebut di handphone. Bikin akun, dan mulailah mengupload produk yang akan Kawan jual.
Meskipun begitu, saya amati ada beberapa perbedaan yang tidak terlalu signifikan antara berjualan di bukalapak dan di tokopedia. Tulisan
ini hanya berdasarkan pengalaman saya berdagang ya.
Dari segi aplikasi, saya lebih suka Bukalapak : simple, ringan, gak gampang interrupt, dan loadingnya lebih cepat. Di Tokopedia, barangkali saya yang gak pernah meng-update aplikasinya, sehingga loading lama dan sering interrupt.
Dari segi aplikasi, saya lebih suka Bukalapak : simple, ringan, gak gampang interrupt, dan loadingnya lebih cepat. Di Tokopedia, barangkali saya yang gak pernah meng-update aplikasinya, sehingga loading lama dan sering interrupt.
View product di Tokopedia, dan jangan lupa klik Promosi, agar produk kawan bisa ditemukan dan tak harus menunggu hingga lebaran monyet |
Soal
traffic, saya curiga kedua marketplace ini selain mengandalkan pembeli, juga
mengandalkan traffic penjual. Di Tokopedia, ada fiture promosi, dimana pemilik
toko bisa mempromosikan satu produk selama satu jam. Produk yang dipromosikan akan muncul lebih sering
dipencarian dan tampil di halaman muka. Fitur promosi ini gratis. Jadi mau
tidak mau, pemilik toko harus rajin-rajin berkunjung ke tokopedia tiap beberapa
jam sekali untuk terus mempromosikan produknya.
Sedangkan
di Bukalapak, pelapak dapat mem-push produknya, yang fungsinya juga agar produk
muncul di halaman muka atau lebih mudah diketemukan pembeli. Pelapak harus
mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli paket push. Atau tiap kali transaksi
berhasil, pelapak otomatis akan memperolah satu push gratis yang bisa digunakan
kapanpun.
Belakangan,
saya juga mengamati di Bukalapak memberi tanda khusus (warna tertentu) bagi
pelapak yang sudah tidak login lebih dari 2 minggu. Hal ini tentu membuat
ragu pembeli yang melihat warning
tersebut. ‘Jangan-jangan pelapak ini sudah tidak jualan lagi’, begitu mungkin
pikiran calon pembeli. Sehingga mau tidak mau, sebagai pelapak tetap harus
rajin-rajin login, dan bersama-sama meramaikan traffic marketplace ini.
Dari
segi fitur di aplikasi, tokopedia lebih ‘ribet’, namun juga lebih
menguntungkan. Misalnya, setiap pemilik toko bisa memiliki beberapa etalase.
Jadi kalau saya mau jual buku dan jual kopi, saya bisa bikin dua etalase. Di
Bukalapak, tidak ada system etalase. Jualan produk berbeda, tetap tambil bersama-sama
di pajangan produk selama pelapak hanya memiliki satu akun.
Di
Tokopedia, fitur berbagi produk (share)
mengizinkan pemilik toko mentautkan
gambar produk dari tokopedia ke akun
instagram atau facebook. Hal ini sangat memudahkan kalau Kawan juga memiliki
akun socmed untuk berjualan, dan sangat membantu kalau Kawan berjualan melalui
system reseller atau dropshipper. Di Bukalapak, setahu saya, fiture berbagi
produk (share) ini hanya mengizinkan
pelapak berbagi link produk di bukalapak ke akun media social yang ditautkan.
Sedangkan
dari sisi stok barang, jika saya berjualan di Bukalapak, dan menuliskan bahwa
stok barang hanya 1, setelah barang terjual maka otomatis barang tersebut tidak
akan tampil lagi di pajangan produk pelapak. Sedangkan di Tokopedia, ketika
barang sudah terjual, meskipun saya hanya menuliskan bahwa stok barang cuma 1,
barang akan tetap berada di etalase. Inilah sebabnya di Tokopedia saya
seringkali menerima pesan dari calon pembeli menanyakan apakah stok barang ready, yang ujung-ujungnya menjadi
kasus ‘nanya-nanya dulu aja ya sist’.
Weleh-weleh…
Mobile aplikasi Bukalapak |
Well, begitulah pengalaman dan
pengamatan saya selama menjadi pelapak dan pemilik toko (online). Semoga
tulisan ini membantu teman-teman semua yang ingin memulai usaha (online). Dan
semoga kita semua dijauhkan dari kasus ‘nanya-nanya dulu aja ya sist’. Weleh…weleh…..
4 Comments
Kak Rik,. Aku baru tau kalo ternyata lumayan ribet juga yaa. Kupikir jualam online modalnya gampang, ga harus 'jagain toko' kayak di padar, dll. Pengen belajar lebih banyak rasanya tentang toko online.. Makasi sharenya :)
ReplyDeleteklo udah terbiasag ribet kok mae . lagian gak ada yang gratis di dunia ini. klo mau nyari duit kudu usaha.hehehe ...
ReplyDeleteTergantung kebiasaan sih yah, dan sukanya dimana, kalau bukalapak enak, ada plaform dana, top up dan transfer ke rekening kita tanpa biaya, hanya kalau dari segi banyaknya toko, kayannya tokopedia yang menang, https://www.jasabuattokoonline.com - https://www.jilbabterbaru.my.id
ReplyDeleteKalau pengalaman saya buka di 2 market place ini di tahun 2015-2018 .. cuma setelah beberapa saat terasa bahwa traffic nya lebih banyak di Tokopedia.. penjualan bisa berbanding 8:1 dengan Buka lapak..
ReplyDeleteFitur pembayaran dan pengiriman kayaknya tokopedia juga lebih lengkap waktu itu
akhirnya setelah dipilah2 dan pusing buka beberapa marketplace.. fokus di Tokopedia
thanks for your comment.
will be shown after moderation