“ There must be,
uncomfort feeling, awkward moment when you wake up in the morning, on different
bed, as usual. Feel different smell of the air that you take.”
But I always miss that feeling, sometimes trying
to repeat once, and once more
Homestay Kia Yazo, di
Gili Trawangan, Lombok.
GiliTrawangan sudah semakin ramai. Namun tetap saja magnet untuk datang ke sana tak
berhenti. Homestay yang terletak tepat di jalan besar harganya semakin melejit,
padahal bangunan yang ada terkesan kumuh.
Homestay Kia Yazo , Gili Trawangan, Lombok |
Maka
saya memilih homestay yang letaknya agak menjorok ke dalam. Homestay ini semata-mata
saya pilih berdasarkan ratingyang diberikan pengunjung di sebuah situs
pemesanan online. Dengan harga murah beserta bangunan bersih dan nyaman.
Sebenarnya
dari pantai, letak homestay ini tak begitu jauh mblusuk ke belakang. Namun dari
Pelabuhan dan Pasar Seni, bisa bikin kaki kram kalau harus bolak balik jalan
kaki. Kalau kawan bawa barang banyak, terutama berupa koper, saya sarankan saat
kedatangan awal sebaiknya naik cidomo saja dari pelabuhan ke homestay ini.
Ada
pilihan berkendara hemat dan menyenangkan selama di Gili Trawangan, yakni
menyewa sepeda. Namun berhubung lagi hamidun, tentu hal ini tak bisa saya
lakukan.
Homestay Kia Yazo, Gili Trawangan, Lombok |
Kamar Mandi- Homestay Kia Yazo, Gili Trawangan, Lombok |
Homestay Kia Yazo, Gili Trawangan, Lombok |
Hotel Elia Bandara,
di Benda, Tangerang.
Bagi
kawan yang datang ke Soetta dan punya hajat untuk penerbangan lanjutan
keesokannya, tentu perlu tempat menginap, semacam hotel transit. Kalau tak di
akomodasi oleh penerbangan yang bersangkutan, saya sendiri memilih untuk
mencari penginapan dengan harga semurah-murahnya. Yah namanya juga (kere)
cuma transit, tidur pun seringkali gak sampai 8 jam.
Ada
banyak hotel kelas melati di daerah Benda, Tangerang. Namun tak banyak
referensi online yang bisa saya peroleh. Hotel Elia Bandara ini hanya saya
temukan nomor telponnya (tanpa tahu hotelnya seperti apa), dan memesan langsung
lewat sambungan telepon.
Tentu
tak banyak yang bisa saya harapkan dari hotel murah kelas melati. Yang menjadi
plus adalah hotel ini menyediakan antar-jemput gratis ke bandara kapanpun dan
jam berapapun. Satu lagi, letaknya
persis di jalan raya benda. Pernah waktu itu saya menginap di hotel yang
letaknya lebih mblusuk, susah kalaun mau cari makan di malam hari.
Saya
kebagian kamar tingkat tiga, dimana lift hotel ini rusak. Sebuah pengalaman
mengerikan harus mengangkut barang sembari naik turun tangga. Hanya kamar tersebut yang tersisa. Kamar-kamar
lain sudah dipenuhi jamaah umroh yang sedang transit. Miris membayangkan jamaah
tua harus mengangkut-ngangkut barang ke lantai atas tanpa bantuan lift.
Sarapan
pagi pun hanya beberapa tangkup roti tawar
disertai beberapa jenis selail dan teh hangat. Another failed, mengingat
rate hotelnya juga gak murah-murah amat.
Dan yang paling mengecewakan, saat mengantar
ke bandara, driver hotel ini meminta
uang sejumlah tertentu untuk parkir. Padahal jelas-jelas hanya drop out
penumpang di bandara.
*review ini sebatas yang penulis alami. Tentu saja berisi penilaian
subjektif penulis.
0 Comments
thanks for your comment.
will be shown after moderation