Meninggalkan
pekerjaan dan karir yang sudah empat tahun saya jalani. Pindah ke sebuah pulau
yang belum tentu saya akan mendapatkan pekerjaan sebaik di Jakarta. Tinggal di
kota yang kemewahan fasilitasnya tentu tak sebaik ibukota negara. Memulai
kehidupan sosial yang baru. Mencari lagi teman-teman yang cocok. Tak punya
saudara dan sanak keluarga. Semata-mata untuk mengikuti suami. Bagaimana jika
pernikahan saya yang baru 3 bulan ini tak berjalan mulus? Bagaimana kalau
ternyata nanti saya tidak bahagia dan merindukan kebebasan dan karir saya?
Jejeran rangkaian pertanyaan
dan pernyataan tersebut menanamkan rasa takut pada saya.
Saya
akan hidup bersama dengan orang yang saya sayangi dalam susah dan senang.
Memiliki anak-anak yang lucu. Tak lagi tidur sendirian. Punya kebahagiaan dalam
berkeluarga. Memulai pekerjaan baru. Mengenal orang-orang baru. Mengenal pulau
lain di Indonesia. Punya tujuan hidup yang lebih spesifik dan dalam jangka
panjang. Mengejar mimpi saya yang lain, seperti mulai menulis buku dan merintis
usaha. Tinggal di kota dimana sore hari saya masih bisa jalan-jalan keliling
naik motor dan tidak terjebak macet.
Jejeran rangkaian fakta dan harapan menggairahkan
untuk orang yang selama empat tahun terjebak dengan rutinitas pekerjaan.
Perasaan
yang campur aduk. Begitulah saya memulai tahun 2015 ini. Memiliki dan memulai
dengan segala sesuatu yang baru dalam hidup saya. Tempat tinggal, kota tinggal,
teman tidur, rutinitas, lingkungan sosial, bahasa, kendaraan, bahkan hingga
seprai pun baru. Ada Bahagia. Ada ketakutan.
Namun
bukankah ketakutan adalah satu-satunya hal yang membawa manusia untuk bertahan
hidup?. Takut kelaparan, maka manusia
berjuang menukar waktu dengan segala cara untuk mendapatkan uang. Manusia
berdoa dan beribadah, karena takut akan siksa neraka dan kehidupan setelah
mati. Lalu serangkaian usaha mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi adalah
usaha-usaha untuk menghindari kesengsaraan, penderitaan, dan kematian yang
mengintai persepsi manusia pada umumnya.
Ketakutan-ketakutan
membawa manusia bertahan hidup dari hari ke hari.
Dan
meski begitu, ketakutan harus ditakar dalam kadar tertentu. Ia ibarat tuas,
ketakutan adalah faktor yang akan mengaktifkan keberanian. Keberanian untuk
menghadapi hidup, membuat pilihan, menjalani pilihan itu, dan menghadapi segala kemungkinan yang datang
selanjutnya.
Beberapa
bulan terakhir saya menjalani hal tersebut. Memutuskan sesuatu dan kemudian
berhadapan dengan ketakutan. Untungnya, waktu memiliki kekuatan yang sekaligus
menjadi kelemahannya, waktu tidak akan
pernah bisa diputar kembali. Bayangkan
ada berapa juta keputusan kecil hingga keputusan besar yang batal diputuskan
jika waktu bisa diputar kembali?. Maka apapun konsekuensi dan rintangan yang
menerpa, tak mungkin berbalik arah. Hanya ada satu kata: Terus Hadapi!
Ketakutan
sekaligus keberanian. Mengerikan sekaligus menggairahkan. Kerap
manusia berhadapan pada banyal hal dikotomi di dunia ini Dan perubahan besar
dalam kehidupan adalah satu hal yang menakutkan sekaligus menggairahkan
hidup. Sekali lagi, pandai-pandai lah
menakar dua hal dikotomi tersebut.
Sedikit ketakutan membawa kehati-hatian, banyak kegairahan membawa
semangat, kerja keras, insting yang terpancing, dan segala prilakua aktual yang
dijalani manusia.
Sebulan telah berlalu sejak segala sesuatu
masuk dalam hidup saya
Saya
masih bernafas. Saya masih bisa tertawa. Berat badan terus naik. Masih berpikir
waras. Masih tidur nyenyak. Masih bisa merancang rencana. Dan terus menata hidup ke arah jarum normal.
Ketakutan
itu masih ada. Namun saya terus berusaha belajar menakar ketakutan dan
kegairahan dalam komposisi yang pas. Belajar banyak hal baru dalam kegairahan.
Takut pada hal-hal baru dalam kehati-hatian. Dan terus memandang
perubahan-perubahan yang terjadi sebagai sebuah petualangan hidup.
Yap!
sebab hidup bergulir dari serangkaian perubahan-perubahan yang terus terjadi tanpa bisa dihentikan.
3 Comments
Semangat mak...cb lakukan segala hal yg emak sukai, utk mengundang senyum dan bahagia karena melakukan yg kita suka, shg rasa takut pun perlahan tidak mendominasi perasaan hati dan pikiran kita lg mak...semangat :D
ReplyDeleteSemangat Mak. In shaa Allah selalu ada kejutan dalam hidup yang sangat pantas untuk disyukuri.
ReplyDeleteBtw, bertambahnya berat badan itu kata orang salah satu tanda kebahagian *ups gagal fokus :D
Makasih semua yang telah berkunjung dan memberi semangat :)
ReplyDelete@ritasetia iya, saya juga pindah ke Pulau Kalimantan ini
@Vhoy Syazwana iya, InsyaAllah ini tanda-tanda bahagia. Semoga seterusnya tetap baahgia
@nani djabar Salam kenal jugak :)
thanks for your comment.
will be shown after moderation