“ There must be,
uncomfort feeling, awkward moment when you wake up in the morning, on different
bed, as usual. Feel different smell of the air that you take.”
But I always miss that feeling, sometimes trying
to repeat once, and once more
Hotel Nagoya One di
Batam, Kepulauan Riau
Penampakan hotel ini dari luar
terlihat cukup megah . Semacam hotel tua yang baru di renovasi. Masuk ke lobi
dan lorong-lorong antar kamar, kelihatan baru dan bagus. Namun kesan bagus
hanya cukup sampai di situ.
Lobi- Nagoya One Hotel, Batam |
Kurang
totalitas kalau saya bilang. Begitu masuk ke dalam kamar, ada bau yang menyeruak.
Terlebih ketika saya masuk ke toiletnya. Seperti ada saluran yang bocor. Kakak
saya yang menginap di kamar lain pun merasakan bau tak sedap yang sama.
Tapi apa boleh dikata. Ongkos yang
saya bayar hanya 300 ribu per malam, sudah termasuk makan pagi. Dari daftar
situs pemesanan hotel, inilah hotel termurah yang saya temukan dengan jarak ke
Nagoya Hills cukup dekat, sekitar 600 meter. Hotel ini menyediakan mobil shuttle
gratis pada jam-jam tertentu menuju dan dari Nagoya Hills.
Sebenarnya
ada cukup banyak hotel yang lebih dekat ke Nagoya Hills, sayang saya tak
menemukan hotel itu di situs pemesanan online. Kalau kawan sudah pernah
berkunjung ke Batam, pasti punya pengalaman bahwa yang termahal di kota ini
adalah transportasi dalam kota. Tak ada taksi argo di sini. Dahulu ada Taksi Blue Bird, tapi sepertinya
sudah tak beroperasi lagi karena di boikot oleh sopir taksi abal-abal. Sebagai
gambaran, jarak dekat yang jika menggunakan argo hanya sekitar 20 ribu, maka
dengan naik taksi abal-abal di Batam, kawan bisa dikenakan 50 ribu.
Satu
hal yang saya tangkap dari kesan saya berkunjung ke Batam: semua orang
menginginkan keuntungan sebanyak-banyak dari pengunjung yang datang. Seolah
semua pengunjung tersebut datang membawa
uang satu koper untuk dihabiskan semua di Batam. Maka ketimbang mempercayakan
hotel yang akan saya inapi ke sopir taksi abal-abal, maka lebih baik saya
memesan sendiri.
Beberapa
hal yang saya perhatikan dari sarapan pagi standar di hotel berbintang dua :
ada berbagai olahan telur, kue tradisional, sereal, coffee dan the, nasi goreng
dan nasi putih, serta roti-rotian. Maka makan pagi di hotel ini di bawah
standar rata-rata tersebut.
Ya kalau kawan hanya sekedar transit di Batam atau ada
keperluan di sekitar Nagoya Hills, dengan memperhitungkan harga, bolehlah
menginap di hotel ini barang semalam.
Kamar- Nagoya One Hotel, Batam |
Kamar- Nagoya One Hotel, Batam |
MY Hotel di Kuala
Lumpur
Salah
satu budget hotel yang terletak di Daerah Pudu, Kuala Lumpur. Meski letaknya di tengah kota, , lokasi hotel
ini tidak cukup bersahabat kalau kawan mengandalkan Light Rapid Transportation
(LRT) selama berkunjung ke Kuala LUmpur. Untuk mencapai Halte terdekat yakni Halte
Hang Tuah, butuh waktu sekitar 15 menit jalan kaki dengan peluh dan keringat
bercucuran karena kontur jalan yang naik turun. Jarak yang kalau di Jakarta,
pasti akan saya tempuh dengan naik ojek.
Ke
Halte Pudu Raya pun, meski masih dalam satu kawasan pudu, sambil memanggul tas
berat, akan membuat kaki hampir patah. Mungkin bagi backpacker dari Eropa yang
terbiasa jalan kaki, bukan hal berat. Tapi kalau kawan yg berasal dari
Indonesia, jika ke warung depan yg terletak di jalan besar saja sering naik motor
sendiri atau ngojek, maka letak hotel
ini bisa dikatakan tidak strategis.
Satu pilihan trasnportasi lagi yakni: taksi. Ini juga
menjadi hal yang tak mengenakkan di MY Hotel. Memang
kemacetan di Kuala Lumpur bisa dikatakan nonsense kalau pembandingnya adalah kemacetan di Jakarta. Jalanan mulus, dan jarak antar tempat di pusat kota cukup dekat. Kawan
paling hanya butuh 5-20 RM sekali naik taksi untuk bepergian di dalam kota.
Sehingga banyak taksi yang menetapkan tarif tertentu dan menolak menggunakan
argo.
Kamar - MY Hotel, Kuala Lumpur |
Nah di hotel ini ada banyak sopir taksi (non argo) yang
nongkrong tepat di depan hotel. Jadi sepertinya ada kerjasama antara management
hotel dan taksi tertentu. Sehingga kalau tamu hotel membutuhkan taksi, staf
resepsionis tidak boleh menelpon taksi argo resmi.
Jika
tak ingin menggunakan taksi yang nongkrong di depan MY Hotel, makan tamu hotel harus men-stop sendiri taksi yang lewat. Bikin ketar-ketir kan kalau kawan menanti taksi lewat, padahal harus sampai di suatu tempat tepat waktu. Seperti
saya yang akan pulang naik pesawat pagi, sehingga
jam 05.30 harus sudah berangkat. Padahal di Kuala Lumpur jam segitu
masih gelap. Sebenarnya di hotel ini ada layanan antar ke bandara sekitar 80RM, namun malam
itu saat bernegosiasi dengan si sopir, doi beralasan karena terlalu pagi maka
bayarannya naik menjadi 200RM. What?
Itu namanya perampokan. Ya akhirnya saya
harus bangun lebih pagi lagi dan meluangkan waktu menunggu taksi lewat di depan
hotel.
Lainnya,
tak ada masalah. Staf yang cekatan dan
ramah, kamar hotel bersih, baru, dan wangi. Satu hal yang longgar,MY hotel Kuala Lumpur ini
tak mempermasalahkan jumlah tamu yang masuk dalam satu kamar.
1 Comments
btw, followback blog dong :)
ReplyDeletethanks for your comment.
will be shown after moderation