Konon, dari jendela
ini, para syahbandar mengawasi segala bentuk kegiatan di Pelabuhan Sunda
Kelapa. Utamanya, melihat kapal-kapal yang bersandar dan yang berlayar. Ratusan
tahun lalu, pelabuhan ini adalah
yang tersibuk di Batavia. Jendela di Mercusuar Syah Bandar inilah saksi bisunya.**
Mercu Suar Syah Bandar, Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta |
Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, Jendela berarti 1 lubang yg dapat diberi tutup
dan berfungsi sebagai tempat keluar masuk udara; 2 tingkap.
Jendela,
bisa pula bermakna konotasi. Dalam satu pribahasa yang lazim kita kenal, “Buku
adalah Jendela Dunia”, secara tersirat mengisyaratkan jika ingin mengintip
secuil dunia beserta isinya yang maha banyak dan maha luas ini, maka membaca
adalah salah satu caranya.
Perjalanan,
bagi saya pribadi bisa diibaratkan pula sebagai sebuah jendela. Sebuah usaha untuk sedikit mengintip dunia, beserta peradaban dan keberagamannya. Berbagai hal-hal ajaib yang
tak mungkin ditemui dalam rutinitas sehari-hari. Kalaupun mampu kita temui,
kadangkala, atas nama kebiasaan, kita keburu tak menyadari seberapa berharga
hal tersebut.
Keberangkatan |
Perkenalan
saya terhadap petualangan-petualangan mengintip dunia ini sebenarnya masih
terbilang awam. Tahun 2011, saya memulai pekerjaan pertama saya, sebuah full time job. Tentu saja setelah
memiliki penghasilan sendiri, saya berusaha memenuhi keinginan-keinginan
terpendam. Termasuk mengunjungi destinasi liburan paling umum bagi orang
Indonesia. Iya, saya penasaran sekali dengan Bali.
Begitulah
perjalanan pertama saya mengunjungi tempat dimana saya tak mengenal siapa-siapa
di sana. Pertama kalinya pula saya
menggunakan AirAsia. Tak banyak rute domestik
Air Asia Indonesia kala itu. Hanya ke dua kota wisata di Indonesia: Yogyakarta dan Bali. Bahkan, saya ingat
betul, ketika itu saya belum memiliki kartu kredit, sehingga bertransaksi di
AirAsia pun masih meminjam kartu kredit seorang kawan.
Dan
karena tak ada kawan yang bisa menemani,
akhirnya saya nekat pergi sendirian. Iya, kadangkala kita hanya butuh sedikit
keras kepala, untuk mewujudkan hal-hal semacam ambisi atau wish-list pribadi. Keberangkatansaya ke Bali bertepatan dengan ulang tahun saya yang ke -24. Semacam cara untuk
menghadiahi diri sendiri.
Jumat
malam, rasa bedebar-debar sudah menghantui. Sebuah sensasi bias antara rasa
takut dan senang. Keberangkatan saya pagi sabtu itu disambut cuaca
cerah. Melintasi Pulau Jawa menuju Timur. Tatkala melewati Gunung Merapi,
Merbabu, maupun Semeru, pilot, mengabarkan dimana sebenarnya pesawat tengah
terbang. Mengingatkan penumpang untuk tak melewatkan pemandangan gunung-gunung
cantik di bawahnya. Hingga kini itulah satu-satunya penerbangan yang pernah
saya alami dimana pilot berlaku ibarat
pemandu wisata.
Pengalaman pertama ke Bali |
Dari
perjalanan pertama yang mengesankan itu, menjadi semacam heroin yang membuat
candu. Saya tertantang melihat lebih banyak, mengintip jendela dunia lewat seri-seri perjalanan lainnya.
Episode
perjalanan saya lainnya adalah menjelajahi Penang. Sebuah pulau yang banyak
dikunjungi orang Indonesia untuk berobat. Namun, saya tergelitik mengunjungi
pulau ini karena membaca review dari
seorang blogger yang menikmati kota
tua di Penang, sembari menyeruput kopi
penang yang terkenal nikmat.
Lagi-lagi
AirAsia membantu mewujudkan rasa penasaran saya tersebut. Direct flight Jakarta-Penang dengan durasi tak sampai dua jam
perjalanan udara. Tentu saja dengan mengandalkan tiket promo. Kendati, pengalaman
ke Penang ini menjadi seri terburuk selama saya melakukan perjalanan mengintip
secuil dunia. Bukan, bukan karena penerbangannya.
Perjalanan
ini semula saya rencakanan bersama 3 orang kawan. Pada hari H, akhirnya saya
hanya berangkat bersama seorang kawan. Untungnya, meski kelasnya promo namun tiket
yang batal masih bisa di refund.
Memang
adakalanya, sekali lagi, mengintip jendela dunia tak berarti harus melihat hal yang
baik-baik saja. Saat ingin pulang ke hostel, saya tersesat dan hampir satu jam
berputar-putar menggunakan motor sewaan. Entah apa yang ada di kepala saya saat
itu. Pelajaran moral pertama, jangan pernah menggampangkan medan atau daerah yang
dikunjungi.
Lalu
keesokannya, kamera DSLR saya hilang. Ibarat teguran, saya mencoba mengambil
hikmahnya saja. Pelajaran moral kedua, se-kere
apapun kita saat jalan-jalan, pelit adalah sesuatu yang harus dihindari. Backpacker
itu perhitungan, sedangkan pelit dan perhitungan adalah dua hal yang berbeda.
Memang,
dengan penghasilan yang pas-pasan, saya harus menjadi pejalan dengan
perhitungan matang. Dan dengan begitu, saya mengalami cukup banyak episode
mengintip jendela dunia dalam kurun waktu empat tahun terakhir.
Biasanya,
hal yang paling saya perhitungkan karena menjadi bagian terbesar dalam total
pengeluaran adalah ongkos transportas menuju tempat tujuan. Pandai-pandai
menyesuaikan antara waktu libur dan harga tiket pesawat. Budget Airway atau maskapai berbiaya rendah menjadi prioritas utama
memilih angkutan moda. Siapa peduli dengan gengsi, kalau bisa dicapai dengan
aman dan murah.
AirAsia,
menurut pengamatan saya merupakan maskapai dengan efisiensi tinggi. Menawarkan tiket
murah, makan rute-rute nya harus cepat direview. Rutin mengecek laman online
Airasia, saya perhatikan dalam kurun waktu dua sampai tiga bulan biasanya akan
ada rute baru, tambahan frekuensi penerbangan, atau malah pengurangan. AirAsiaIndonesia sendiri kini menjangkau hingga ke 16 kota, ditambah AirAsia yang
berterbangan di negara-negara ASEAN, Asia, Arab, dan benua Australia.
Syukur,
dengan pergerakan bisnis maskapai penerbangan yang menggurita, maka mengintip
jendela dunia bisa dialami sekelit mata.
Now Everyone Can Fly |
*diikutsertakan
dalam lomba menulis catatan perjalanan Airasia ID pada Agustus 2014
**Ide mengenai 'jendela' terinspirasi dari teman turnamen foto perjalanan (TFP) ke-47
2 Comments
Baru naik AirAsia sekali. Itupun dengan harga menjulang. Sempat bertanya-tanya, mana nih yang katanya maskapai LCC?? Huahaha *malak
ReplyDeleteKayaknya ada juga deh mbak maskapai yang pilotnya kayak tour guide itu. Tapi lupa maskapai apaan. Dan sepertinya yaa memang dipengaruhi sama jurusan penerbangan juga. Gak mungkin kan Surabaya-Banjarmasin yang kita cuma lihat laut doank trus dipamerin sama pilotnya? Hihihi
Iya kah? soalnya emang baru sekali nemu pilot lucu begitu selama ini :D
ReplyDeleteIya, AirAsia nyari tiketnya yang murah biasanya jauh-jauh hari
thanks for your comment.
will be shown after moderation