Indonesia, New Chapter, New Beginning

Indonesia, New Chapter, New Beginning

Layaknya battle game, pemilihan presiden tahun 2014 ini benar-benar seru dan penuh intrik.

Dan lagi-lagi, tahun ini saya tetap golput. Tanggal 9 Juli 2014 kemarin sempat sedikit berjuang ke TPS, mepet-mepet jam 12, bawa KTP dan surat keterangan domisili. Dan ternyata saya tetap tak bertakdir mengikuti pesta demokrasi tahun ini.

Belum pecah rekor selama 27 tahun tinggal di negara demokrasi , dan SEKALIPUN SAYA BELUM PERNAH mengikuti pemilihan presiden, legislatif, maupun kepala daerah. Sekalipun tak pernah. Mungkin ini  salah satu bad impact dari merantau.

Jadilah hari itu saya hanya merapalkan doa, semoga Jokowi menang. He is not that good, but I choose the less evil.

Doa saya, dan jutaan warga negara Indonesia lainnya, terkabul dua hari yang lalu. Jokowi- JK pemenangnya.

Jokowi, jika ditandingkan dengan 6 orang presiden Indonesia sebelumnya, bisa dibilang tak ada apa-apa nya.

Lihatlah Soeharto dan SBY yang memiliki latar belakang militer. Merintis karir di ketentaraan, menjadi Jendral, lalu Presiden.

Kemudian Soekarno, ia adalah seorang proklamator, seorang orator ulung, pendiri partai, tipikal politikus sejati. Anaknya, Megawati, tentu saja terpandang di kalangan elit politik. Dan tetap berkecimpung di dunia  politik seumur hidupnya.

Dan BJ Habibie yang lama bersekolah di Jerman, punya kecerdasan luar biasa, seorang profesor. Pun sebelum menjadi presiden, ia merintis karir menjadi menteri dan wakil presiden. Jatuhnya Soeharto yang secara kebetulan membawanya menjadi Presiden ketiga Republik Indonesia.

Satu lagi, ialah Gusdur. anak kandung dari pendiri NU, keturunan Kiai terpandang di Jawa Timur. Di dalamnya mengalir darah pemimpin.  Ia pun menuntut ilmu ke Mesir, Irak, hingga Eropa. Kembali ke Indonesia, menjadi cendekiawan, sebelum akhirnya berpolitik dan menjadi presiden.

Dan lihat siapalah Joko Widodo?. Ia bukan berasal dari kalangan militer, ia hanya berkuliah di fakultas kehutanan Universitas Gadjah Mada. Bukan di luar negeri, dan  hanya sampai strata 1.

Tak berpengalaman banyak di bidang pengurusan partai, pidato nya pun tak bagus-bagus amat. Keluarganya bukan keturunan ningrat atau orang penting.
Jokowi hanya warga sipil biasa, berasal dari middle class, yang sebelumnya adalah pengusaha mebel lumayan sukses di Solo.

Terlepas dari atribut yang mengiringi Jokowi: pendidikan, kekayaan dan  keturunannya, ternyata tak mempengaruhi  orang-orang menilai profil personalnya.

Buktinya? Lebih dari setengah rakyat Indonesia mempercayakan ia menjadi pemimpin negeri ini. Lewat pesta demokrasi, bukan kudeta, revolusi, dan semacamnya.

Well, saya tak mengatakan Jokowi sempurna, but overall, Jokowi yang berhasil menang di Pemilu 2014 kali ini, semacam membuka mata kita, siapapun boleh bermimpi menjadi apapun


Ternyata, siapapun bisa jadi presiden J

Source

Jakarta, 24 Juli 2014

Post a Comment

0 Comments