Sebuah (lagi-lagi) keputusan jalan-jalan yang impulsif. Turing pertama saya di tahun 2014. Sebuah tawaran menggiurkan jumat sore itu,
berawal dari telpon seorang kawan.
“Ka, mau ikutan ke Pantai Sawarna? Berangkat malam ini,
pakai mobil ”, seseorang berbicara di seberang sana.
*
Sekitar pukul 9 malam, saya dijemput di halte
busway Ragunan.
Maka
malam itu, diantara jelang long weekend yang panjang, saya dan kawan-kawan
membelah jalanan Jakarta. Rutenya
melewati pelabuhan ratu, menuju arah ke Sukabumi. Pantai Sawarna terletak di Desa Bayak,
Provinsi Banten.
Gelap
mendera. Lelah bekerja seharian, dalam sekejap saya pun terlelap. Dini hari, mobil berhenti. Saya lantas terbangun.
“Kita
sudah sampai di daerah Pelabuhan Ratu”, seru seorang kawan. Teman yang menyetir rupanya sudah mengantuk sangat.
Mata saya masih terasa berat. Saya terlelap kembali, pun semua orang yang ada
di mobil.
Subuh
datang. Samar-samar terdengar adzan.
“Perjalanan masih panjang, sekitar 3 sampai 4 jam lagi mungkin”, kawan
saya menimpali sambil membuka Google Maps. Tak ada seorang pun yang pernah ke
Pantai Sawarna. Kami memang menjelajah.
Aroma
asin laut sudah tercium. Mari menghirup
udara pagi terlebih dahulu. Sholat, cuci
muka, dan kemudian menikmati semangkuk bubur ayam yang gerobaknya mangkal tepat
di depan Mesjid Raya Pelabuhan Ratu.
Mesjid di Pelabuhan Ratu, Banten |
Ini
pengalaman pertama saya ke Pelabuhan Ratu. Warna langit yang masih keemasan,
lalu ombak menggulung-gulung yang begitu menggoda. Puluhan perahu dan kapal
yang terombang-ambing. Pemandangan yang
begitu menggelitik. Sayang kalau tak
stop di pantai untuk menikmati pagi kali ini. Toh kami memang tak terburu-buru.
“Bagus
juga”, seru saya dalam hati.
Ah
laut dan pantai memang selalu membuat saya terkesima.
Pagi hari di Pelabuhan Ratu |
*
Perjalanan
dillanjutkan. Matahari mulai naik, pemandangan laut dan pantai di sisi kiri
sudah tak lagi mempesona. Jalan berliku dan tak rata membuat kepala pening dan semua isi perut serasa ingin keluar.
Lagi,
pemberhentian kedua.. Mampir sebentar di
Pantai Cimaja. Bibir pantai tak begitu luas. Tapi ombaknya patut diacungi
jempol. Banyak bule dengan menenteng papan surfing berkeliaran. Sebuah pantai
yang popular untuk olahraga surfing.
Pantai Cimaja, Banten |
Hampir
pukul sepuluh pagi, ketika akhirnya saya tiba di Kawasan Wisata Pantai Sawarna.
Dari
tempat parkir mobil menuju bibir pantai, bisa menggunakan ojek atau jalan kaki.
Tentu saya memilih opsi kedua. Biasanya wisatawan ditemani guide, karena di
kawasan Pantai Sawarna ini ada banyak spot yang bisa didatangi, dengan letak
berjauhan dan medan yang cukup menantang. Jika tak bersama guide, maka
probabilitas untuk tersesat bisa jadi lebih besar. Selain pantai, di Desa Bayah ini juga
terdapat beberapa gua dan air terjun, laguna serta sunrise point.
Sayang saya serombongan hanya bernawaitu untuk
ke pantai dan tak menginap.
Pantai
Sawarna, nama ini barangkali berasal dalam pelafalan bahasa sunda. Ketika
dibahasa Indonesiakan, bisa jadi menjadi Pantai Sewarna. Pantai yang memiliki
warna yang sama.
Biru
menghampar, lanskap luas, pasir putih.
Tipikal pantai kesukaan saya. Pantai ini menghadap langsung ke Samudra Hindia.
Ombaknya yang besar bagai surga bagi para peselancar.
Ah
tak perlu jauh-jauh ke Bali. Pantai di sini jauh lebih bagus dari Kuta”, gumam
saya.
Pantai dengan lanskap luas dan pasir putih. |
Pantai
sawarna ini ibarat wisata pantai yang sepaket. Tinggal menyusurii, maka akan
tersaji beberapa tipikal pantai. Saya mulai
dengan menyusuri pantai dengan lanskap landai dan luas, saya lupa nama
pantainya. Lalu beralih ke pantai dengan bibir pantai berupa trumbu karang.,
dan lagi-lagi saya lupa nama pantainya. Spot terakhir dari sesi susur pantai
ini adalah Pantai Tanjung Layar. Ini
pantai paling nge-hits dan menjadi ke khasan Kawasan pantai Sawarna. Bentuk
karang- karang nya yang unik, tak asing,
beberapa kali pernah saya lihat pantai ini di dunia maya.
Bentuknya
yang seperti palung, membuat bibir Pantai Tanjung Layar tak memiliki ombak
besar. Sangat asik untuk berenang.
full team susur pantai |
Ada juga pantai dengan banyak karang |
Pantai Tanjung Layar, asiik untuk berenang |
Matahari
terik di atas. Sebungkus mie instant beserta telor, tiga buah gorengan, dan segelas
es teh manis meluncur manis ditenggorokan. Hari masih pukul dua siang. Si abang
guide menyarankan ke sebuah pantai, yang terkutuklah karena sekali lagi saya lupa
namanya.
Kali
ini spotnya agak jauh, saya dan kawan-kawan harus membawa serta mobil.
Tak
kalah menawan. Pantai ini pasir putihnya lebih mawur dan halus. Ada gua dan tebing tak jauh dari bibir pantai.
Tebing yang kalau melhat compang camping di dindingnya, pasti sering digunakan
untuk panjat tebing.
Pantai Bertebing |
Pantai bertebing |
Gua |
Pantai
ini menjadi spot penutup. Hampir pukul 4
sore, saya meluncur melewati jalan serupa yang tadi pagi baru saja saya lewati.
Kali ini hujan deras mewarnai.
Hampir
magrib, saat saya kembali melewati
daerah Pelabuhan Ratu. Mampir
sebentar untuk mengisi perut. Menikmati seafood yang rasanya bisa dikatakan
kurang enak.
Tengah malam, saya
tiba kembali, Jakarta menyambut dengan rintik hujan dan jalanan yang lebih lengang.
Hujan deras menemani perjalanan pulang |
1 Comments
aku juga sukaaaaaaakkk pantai yang pasirnya luas dan landai gitu. huuhuuu
ReplyDeletethanks for your comment.
will be shown after moderation