“Maaf,
aku telat. Mungkin nyampe kira-kira satu jam lagi.” Lalu lintas Jakarta pagi itu tak seperti sabtu
biasanya. Aku masih di jalan menuju bandara. Macet
*
“Kamu
masih kurus seperti dulu”, komentarmu setelah enam tahun tak bersua.
*
Aku
ingat, pada suatu ketika di bulan February tahun 2008 kamu berujar kepadaku
“
Berarti aku ada kesempatan donk pedekate sama kamu?”.
Aku
tak menjawab. Kala itu aku hanya tertawa. Kamu telat. Tiga hari sebelumnya aku resmi menjadi pacar
laki-laki lain.
………………………………………….
Lalu
bumi berputar dan kita terdiskoneksi. Putus hubungan silaturahmi.
*
“Cukup
sudah aku menunggu selama enam tahun plus satu jam di bandara”, tawa renyahmu
menambahi komentar itu.
Iya,
enam tahun kemudian, ternyata kesempatan itu baru datang.
Terima
kasih telah menunggu, sekian ribu hari.
Terima kasih untuk ribuan kilometer yang telah
kau tempuh.
This is a new beginning
5 Comments
Begitulah implikasi besar yang terjadi setelah diskusi malam yang diiringi sirine kereta itu :p
ReplyDeletekak Rik,.. tolong jawab kecurigaanku. Is he the one? Cieee cieee.. Selamaaaaattt.. ^^
ReplyDeleteHehe... Hopefully sih begitu Mae.
ReplyDeleteDoakan saja :)
Aamiin,.. insyaAllah.. *doa dari jauh*
ReplyDeletesemoga di berkahi Allah ya kak, dan dimudahkan jalannya :D
Aamiin
ReplyDeleteMakasih Mae *kecup dari jauh :*
thanks for your comment.
will be shown after moderation