“Mak, Sekarang Bukan Jaman Siti Nurbaya?!?” (part 2)

“Mak, Sekarang Bukan Jaman Siti Nurbaya?!?” (part 2)


sambungan cerita part 1


Nama gue Maya, tentu saja gue lahir di bulan Mei, 19 tahun yang lalu. Mahasiswi Farmasi sebuah perguruan tinggi negeri terkenal, meski gue sendiri sebenarnya tak terlalu pintar. Sudah dua semester gue lewati dengan Indeks Prestasi 2,35 dan 2,55. Gue suka berbagai hal yang berkaitan dengan seni. Gue menyebut diri gue ‘Penikmat Seni’. Gue suka nonton teater, konser band, pertunjukan musik klasik, pertunjukkan tari, pameran fotografi, pameran seni rupa, dsb. Dan kadang-kadang membuat gue merasa terjebak,  gue lebih tertarik dengan seni dibandingkan dengan obat-obatan.
Gue mahasiswa biasa, dengan kegiatan yang biasa saja. Sehari-hari gue isi tentu saja dengan kuliah (hampir) selalu di ruangan yang sama, teman yang sama, cerita tak bermutu, tertawa dari cerita konyol yang sebenarnya tak terlalu konyol, semua sama, kecuali hari dan tanggal berbeda. Sebagai orang yang tergolong introvert, gue memang tak punya banyak teman, apalagi teman lelaki. Dengan bermodal tampang standar wanita indonesia, kulit sawo matang, hidung sedikit bangir, wajah bulat, bibir tebal berwarna coklat, tinggi 155 cm, dengan beberapa gumpalan lemak di beberapa bagian tubuhnya, tentunya bukan di tempat yang tepat. Gue pikir gak ada yang bisa ditampilkan dari kondisi fisik gue.  Tapi gue selalu berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa pasti ada sisi menarik yang dimiliki tiap orang, termasuk gue.
Selain mampu menjalani kuliah dengan baik, nantinya gue bisa lulus dan akhirnya jadi orang sukses, gue juga punya keinginan untuk menemukan lelaki ideal buat gue. Dan Bimo adalah salah satu lelaki yang membuat gue amat terpikat.
*
            Namanya Bimo. Dia tiga tahun lebih dulu kuliah dibanding gue. Bimo kuliah di jurusan Teknik Pertambangan di sebuah universitas swasta. Gue lebih senang memanggil dia Bimo, tanpa embel-embel Mas, Aa’, Abang, atau Kakak. Bimo sendiri (bilangnya) gak bermasalah gue memanggil Bimo dengan atau tanpa embel-embel tersebut. Awalnya gue beralasan supaya lebih akrab, tapi akhirnya malah keterusan.
            Secara fisik, Bimo dapat angka 8 dari skala 1 sampai 10. Bimo baik sama cewek, dalam arti Bimo paling gak bisa menolak permintaan cewek. Di sisi lain ini juga jadi kelemahan Bimo karena sering dimanfaatin teman-teman ceweknya. Bimo anaknya easy going dan sangat sosiable.  Bimo punya banyak teman, dan kadang itu bikin gue minder.
            Bimo suka maen futsal, suka nonton sepakbola, genjreng-genjreng gitaran, dan nongkrong sampai subuh dengan teman-temannya. Hal-hal yang bagi gue sangat asing. Tapi kita berdua (berusaha) gak mempermasalahkan. Hari sabtu dua minggu sekali gue nemenin Bimo main futsal, malam minggu di isi dengan nonton bola di kos Bimo, dan setiap ada pertunjukkan seni Bimo menemani gue. Walaupun dia lebih banyak memperhatikan orang yang menonton dibanding menonton pertunjukkannya sendiri. Hanya satu hal yang bikin Bimo dan gue menjadi dua makhluk seide. Kita berdua sama-sama movie freak. Tiap minggu ada saja film yang kita sewa atau kita download yang selanjutnya gue kita tonton bareng. Tiap awal bulan saat dompet masih tebal, gue dan Bimo selalu menyempatkan nonton di bioskop. Gue akui, Bimo membuat hidup gue lebih berwarna. Ada sesuatu dalam diri Bimo yang tak seorang pun mampu mengerti, yang membuat gue amat menyayanginya.
*
Awal Januari 2010
            Malam ini sewaktu lagi sibuk bikin laporan, Bimo datang ke kos, dan kita makan malam bareng.
“ Malam ini, Bunda dan adikmu nyampe kan?”
“Yap…ntar nyampe jam 9”
Deg..deg…gue bakal dikenalin ke calon mertua
“Mending sekarang aja ke bandara nya, ntar telat lagi”
“May..aku kangen..ma kamu..”
Ehem..gue tahu, gue juga rindu. Kenapa kamu harus wisuda sekarang?. Gue takut….,takut banget kehilangan kamu. Dada gue sesak.
“Idih..kamu tumben ngomong kayak gitu ke gue”. Gue pura-pura cool.
“Minggu depan aku ikut Bunda pulang ke Makassar. Mungkin aku bakalan ngelamar kerja di perusahaan tambang di daerah sana.”
Oh..God, ini yang gue takutkan dari dulu, sebuah perpisahan.
“ Terus…kamu gak bakal balik-balik ke Jogja lagi?”
“ Mungkin sekali-kali kalau ada uang , aku bakal maen ke sini “
“ Kapan-kapan kan???, gue butuh cowok gak kapan-kapan, tapi kapanpun.”
“Maya, kamu harus ngerti. Aku masih punya tanggung jawab besar buat keluarga. May.., kamu tahu kan Bunda sangat terpukul karena kepergian ayah beberapa bulan lalu. Adik-adik aku masih mo nerusin sekolah, aku mesti jagain Bunda, dan cari uang.”
“ Terus…kamu pengen kita putus sekarang???”
“ Ya enggak gitu May…”
“Gue masih kuliah sampe 3 tahun mendatang di Jogja, abis tu gue cabut ke Jakarta buat cari kerja, gak ada perusahaan farmasi di daerah tambang. See…?! Nasib kita beda.., tujuan hidup kita beda..?. apa lagi yang bisa dipertahankan, Bim…?!?”.
            Amarah memang bisa membuat setiap orang mampu melakukan apapun. Kata-kata gue tersebut meluncur begitu saja, tanpa bisa di rem. Bahkan gue baru sadar setelah selesai mengucapkannya. Dan gue sangat menyesal.
*
20 Januari 2010. Malam ini Sonny datang untuk kedua kalinya dalam 7 hari.
“Pliss May…., pesawatnya jam 7 malam ini. Bimo nyuruh gue jemput elu. Lu harus ke bandara sekarang..!!! ntar lu nyesal seumur hidup……”
“Sekarang aja gue udah nyesal seumur hidup kenapa gue mesti kenal cowok kayak Bimo, dan gue malah saying banget ma cowok breng**k itu!”
Malam yang dingin…..Gue duduk dibelakang, dibonceng Sonny.
“Sonny…, sorry ya, gue nyandar ma elu…rasanya gak kuat, gue hancur banget. ”
“Lu mesti kuat May…, dari dulu Bimo cerita ke gue, salah satu yang dia suka dari elu tu karena lu cewek yang tangguh May…lu gak cengeng. Lu cewek yang mampu survive di saat yang lain udah ngerasa gak berdaya. Lu harus hadapi malam ini, pokoknya kita sekarang ke bandara. Lu masih mo liat wajah Bimo kan?”
“Iya…gue masih pengen liat wajah dia ratusan ribu kali lagi….”
“Pegang yang kuat…kita ngebut”
Wuzzzzzzzz…………..
*
5 hari sebelumnya
This is a big day!!!!
Sedari sebulan yang lalu gue udah mikirin this is BIG DAY……..!!!!!!!!!
Hari ini Bimo wisuda. Gue belum sempat ketemu sejak 3 hari yang lalu, mungkin dia lagi sibuk jadi guide nyokap dan adiknya.
             Gue lihat wajah dan dandanan gue di cermin, perfect! Hari ini gue ayu sekalee….
Semenjak berantem kemaren, gue gak pernah ketemu Bimo lagi. Gue yakin gak ada satupun diantara kita yang mo mengakhiri hubungan ini. Kemarin Bimo sms wisudanya hari ini, gue mesti ke kampusnya jam setengah 7 pagi. Kalaupun kita harus pisah, gue gak pengen melewatkan waktu yang tersisa bersama Bimo. Tepat jam setengah 7 gue nyampe di kampus Bimo.
“ Maya, Bimo masih lama gak ya , gue ada keperluan mendadak ni”
“oh..iya, gue ditinggal aja. Ntar lagi Bimo nyampe, dia udah sms gue”
“o..ya udah, kalo gitu lu gue tinggal dulu ya”
“Eh..tapi lu jam 11 datang ya, buat foto bareng”
“ Oke deh.. tenang aja. Hambar rasanya foto-foto tanpa gue..he..he..”
“ Hati-hati ya Son…”
“Lu juga hati-hati May…, cantik-cantik sendirian, ntar digangguin orang. Da…da…
Assalamualaikum…”
“Wa’alaikumsalam”. Gue jawab salam Sonny dengan mata gue masih mengawasi sekeliling gue. Gue celingak-celinguk gak karuan. Tadi pagi gue dijemput Sonny, teman kosnya Bimo. Kata Sonny, Bimo lagi sibuk, emangnya tu anak sanggulan segala ????. Sekarang gue ditinggalin ditengah orang-orang yang hilir mudik sana-sini. Handphone  Bimo gak aktif .
Asli…, pagi ini Bimo udah bikin gue bete setengah mati.
30 menit berlalu……..
“ Tit…tit…..”
Pesan terkirim. Sms gue yang tadi subuh baru nyampe ke Bimo.
Satu menit lagi gue mungkin udah pulang naik taksi.
“ Tit…tit….”. Ada telepon masuk.
“ Maya…sorry…, hp ku tadi low bate…, “. Di seberang sana terdengar suara Bimo…, marah gue tiba-tiba hilang.
“ Terus kamu sekarang dimana?, gue udah nunggu dari setengah jam yang lalu”. Arghhh…gue rindu banget sama ni anak.
“ Aku udah nyampe dari tadi, tapi…ntar deh aku jelasin. Ini lagi pinjem hpnya adikku. Kamu langsung ke gedung aja, aku tunggu di depan pintu masuk utama”
Klik…telepon terputus.
         “Mbak,…, namanya Maya kan?”
“ Iya…, maaf..mbak siapa ya?”
“kenalin…, saya Raisha…, acaranya udah hampir dimulai, Bimo gak bisa keluar, lagi sibuk di dalam”
“ Adiknya Bimo ya? Koq……”
“  Yuk…kita langsung masuk aja mbak…”
            Gue ikutin cewek itu berjalan sampai ke tempat duduk undangan. Di sana telah ada 2 orang perempuan yang menunggu kedatangan gue. Gue disambut tak hanya dengan pandangan sinis, gue dipelototin dari ujung kaki sampai ujung rambut. Sialan….!
.         Pukul 11.00 AM. Saatnya foto-foto. Sonny belum menunjukkan batang hidungnya. Enak sekali Bimo didampingi 4 cewek sekaligus. Gue yang ngerasa gak enak, jelas terlihat 3 perempuan yang dibawa Bimo berusaha menjaga jarak dengan gue.
“Bimo…, ayo dong foto bareng Raisha..” Nyokap Bimo angkat bicara
Bimo salah tingkah. “Ntar aja deh…Bunda….”
Gue sadar ada yang tak beres. Raisha jelas bukan adiknya Bimo.
“ Nak Maya.., bisa foto kami berempat kan?”
“ Oh..iya..Bu”
Jadilah gue forogtafer dengan hati meringis. Apa yang terjadi ?????
Gue gak dikasih kesempatan bicara dengan Bimo. Gue juga gak bisa membantah ibu dari orang yang paling gue sayangi.  Apa yang direncanakan wanita tua ini???!!!!!
Baru empat jepretan, Sonny muncul  “Sorry guys…, belum telat kan buat ikut foto-foto?!”
“ Sonny, gantiin gue bentar dong…, “ setengah melempar gue kasih tu kamera ke Sonny.
“ Eh Maya…, koq malah pergi. Sini gue fotoin lu bareng Bimo “
“ Ntar aja, gue kebelet mo ke belakang ni”
“ Tahan..tahan…tahan……..” lirih dalam hati. Setengah berlari gue menuju WC.
Tepat di wastafel, air mata gue meleleh juga. It’s hurt………
Sepuluh menit berlalu…, gue keluar dari WC, gue keluar dari gedung itu, gue keluar dari  gerbang kampus itu. Seperti di film-film, gue pulang dengan make-up masih utuh, naik taksi sambil menangis.
…Hari yang melelahkan, hidup yang melelahkan.
*
              Gue salaman sama nyokapnya Bimo. Ingin gue sampaikan “Bu…, sekarang bukan jaman Siti Nurbaya!”. Aarrrgh….wajah tua keibuan dan lelah itu…, gue sadar mungkin dia lebih butuh Bimo, anak laki-laki semata wayang, dibanding gue, cewek tak tahu malu yang minta ditraktir makan tiap malam.
            Di sebelahnya ada adik bungsu Bimo. Gue jabat tangannya sambil cipika-cipiki.
”Mbak, makasih ya dah nemenin selama di Jogja. Moga kuliahnya juga cepat kelar.”
Gue tersenyum hambar dan hanya mengangguk.
            Dan inilah perempuan terakhir yang harus gue sapa. Cewek tak berdosa yang merebut Bimo dari gue. Gue jabat juga tangannya yang lebih putih dan mulus dibanding gue.
“Maya…maaf…ya…”, dia berbisik di telinga gue.
Sialan ! Ini bukan masalah maaf-memaafkan, ini masalah hati, masalah perasaan. Sakit tau!!.
Perhatian..perhatian… penumpang pesawat jurusan Yogyakarta- Surabaya…
“Maya…, pesawat ku dah mau berangkat. Transit di Surabaya sejam, terus langsung terbang ke Makassar.”
            Bimo salami tangan gue, lebih lama, beberapa detik, gue ingin waktu berhenti saat itu juga. Terus dia belai rambut gue (mungkin  ini yang terakhir). Sekilas dia cium kening gue.Oh..God…, gak hanya sekilas, gue pengen lebih lama.
“Maya, kamu hati-hati ya  di Jogja. I’ll always miss u…”
*
Gue pulang meninggalkan bandara dan pulang ke kos dengan tampang mengerikan laksana zombi (itu menurut Sonny). Karena Sonny lah yang mengantar gue pulang ke kos. Gue masukkan kunci kamar gue tepat di lubangnya, pintu kamar terbuka.
Brakk! Gue tutup lagi pintu kamar dengan bagian belakang tubuh gue, gue terus bersandar. Perlahan gue terduduk, jari jemari ini berusaha menutup kelopak mata, berusaha menutup pilu yang ada, gue udah gak tahan.
Sekarang saatnya untuk menangis….
Naas banget memang, gue ketemu Bimo di dunia cyberspace dalam era teknologi seperti sekarang, dan cinta gue pupus karena alasan klise seperti yang terjadi dalam roman Siti Nurbaya.
*
Satu bulan lima hari kemudian...
From     : deeppurple@yahoo.com
To         : mayacybermaya@yahoo.com
Subject : sebuah penjelasan
Thursday, February 25th 2010, 07.30 PM

Dear …mydear…..
            Pa kabarmu disana May ?, baik-baik aja kan?. Udah lama gak kirim email ke kamu, semenjak aku ketemu kamu, dan jatuh cinta pada pandangan pertama.
Sama seperti malam-malam sebelumnya, malam ini aku merindukanmu, Mayaku…. Hari ini tepat setahun kita jadian. Sudah 365 malam aku lewati dengan merindukanmu.
            Maaf baru sekarang aku berani menyatakan rinduku ma kamu, aku tahu kamu pasti sangat sakit hati dengan perpisahan kita yang gak mengenakkan.
Aku menunggu.., mungkin sekarang kamu udah bisa memaafkan aku yang telah membuat kamu menangis. Sekarang saatnya buat menjelaskan semua. Aku gak pernah berniat nyakitin kamu, aku cuma tahu bunda dan adikku yang datang, tapi malam itu, ketika jemput di bandara, mereka membawa seorang cewek, teman masa kecilku, Raisha. Ketika kutanyakan, bunda bilang ia ingin agar aku pulang ke rumah, bekerja, lalu menikah. Aku pernah cerita tentang kamu sama bunda, tapi bunda lebih menginginkan wanita keturunan Bugis juga. Waktu masuk kamar kosku, bunda langsung naik pitam melihat foto kita berdua. Bunda gak mengizinkan aku ketemu kamu, cewek dalam foto itu, lagi. Hari wisuda, paginya aku bertengkar hebat dengan bunda yang gak mengizinkan kamu datang ke tempat wisuda. Suasana pagi itu benar-benar kacau, aku datang telat ke kampus dan HPku lupa di charge. Kusuruh Sonny yang jemput kamu, tapi aku lupa janjian ketemu dimana. Ku kira Sonny tetap nemenin kamu sampai kamu ketemu aku.
Gak kusangka bunda begitu gak menerima kamu, MAAF Maya…., aku gak bisa nyusul kamu pas kamu pulang sendirian, bunda dan adik yang nahan aku, aku juga gak bisa ninggalin mereka di situ. I know I’m a looser!. Setelah wisuda, aku juga gak bisa ke kosmu lagi, motorku udah dijual, bunda juga selalu wanti-wanti supaya aku gak menemui kamu lagi, dan aku terlalu takut untuk ketempatmu, mungkin kamu akan nampar atau ngusir aku.
Semenjak sampai di rumah, Bunda selalu mendesak aku segera tunangan dengan Raisha. Aku gak pernah mengiyakan usulan bunda, sampai sekarang aku masih mengharapkan kita berjodoh, masih dalam setiap doaku habis sholat , aku mohon menikah dengan wanita yang benar-benar aku cintai.
Maya…, tadi pagi aku interview kerja. Doakan ya, semoga secepatnya aku bisa dapat kerjaan, supaya adik bisa tetap sekolah, aku gak perlu tunangan dengan Raisha, dan bisa ngumpulin uang buat main ke Yogya, aku rindu …banget ma kamu, May………….
            Mayaku…, walaupun sekarang mungkin kamu udah dapetin pengganti aku, walaupun kamu pikir emailku ini hanya sesuatu yang gombal, kamu tetap Mayaku…,
Semoga aku masih memiliki waktu untuk melihat wajahmu lagi…
Semoga aku masih memiliki waktu, untuk tetap memiliki kamu….

I miss U, beautiful….
                 
( YKJuLy2006-selesai Maret 2010.EricStrins)

*dikutip dari kumpulan cerpen karya Djenar Maesa Ayu

novelet ini saya buat antara rentang waktu tahun 2006 hingga 2010, sehingga ada beberapa setting cerita yang mungkin tidak relevan lagi di tahun 2014 ini. Dimuat di Majalah Story (PT Nuansa Karya Berita) edisi Juli dan Agustus 2013. Sayangnya hingga kini saya tak menerima sepeserpun honor yang dijanjikan. Sudah konfirmasi via telpon beberapa kali, tapi jawabannya hanya disuruh menunggu transferan. Ya sudahlah.
Kalaupun tak dapat materi, kiranya karya ini tetap dapat bermanfaat dan menghibur pengunjung blog ini :)



Post a Comment

0 Comments