Menelusuri Benang Merah

Menelusuri Benang Merah


Well, the clock is ticking. Dan semua orang, pasti pernah mengejar cinta. Teman saya bilang, target dia tahun ini adalah bertemu calon suami. Target saya tahun 2011 kemarin adalah menemukan soulmate.
Dan 2011 sudah berlalu, saya percaya harapan saya itu mungkin sudah terkabul.
Mungkin orang yang saya cari itu, sudah pernah berpapasan dengan saya di bandara, mungkin dia pernah tinggal satu kota, mungkin dia pernah makan di tempat yang sama dengan saya, atau mungkin dia pernah menuntut ilmu di tempat yang sama dengan saya. Ya ada beratus-ratus kemungkinan. Yang jelas, ini hanya soal membukakan jalan, menyadari, menemukan titik sambung, bahwa dia adalah orang yang saya cari.
            Menilik hubungan saya yang dulu-dulu, memakan waktu tahunan namun akhirnya kandas juga. Mungkin ini yang orang-orang bilang ‘belum jodoh’. Tapi kalau mau di logika, ketika teman saya bertanya, apakah jika cinta lama saya kembali, saya akan menerima lagi?. Nope, thanks. Saling sayang dan nyaman gak cukup untuk sebuah pernikahan. Dua hal terakhir sudah saya peroleh dari hubungan yang terdahulu, tapi nikah butuh lebih dari itu. To handle up the commitment together. Its not easy way. Terutama bagi orang sekeras kepala saya. Bukan soal saling menyetir satu sama lain, tapi untuk berjalan beriringan. Kesamaan visi dan misi dari komitmen itu sendiri.
Saya pernah membaca tulisan, dari sisi pandang agama, mungkin keterhambatan soal jodoh, atau saya lebih senang menyebutnya sebagai soulmate adalah karena kurang sedekah, mungkin terlalu pelit, karena ibadah yang belum sempurna, atau karena kita pernah berbuat salah pada seseorang, dan ia belum memaafkan kita. Ada kekurangan atau kesalahan yang mengaburkan pencarian benang merah ini.
Mungkin memang harus ada yang diperbaiki, dan kami saling bertanya masing-masing. Bukankah untuk memperbaiki, maka kita harus tahu duduk persoalannya seperti apa.
            Menilik dari sesi religi, teman saya ini cukup taat beribadah, yah kalau dibandingkan dengan saya. Tapi habluminannas-nya, saya bilang mungkin ia pernah tak sengaja menyakiti seseorang, atau bsia saja ada maaf yang mungkin belum diperoleh.
            Saya sendiri merasa, sebagai orang cenderung antisocial, habluminannas saya memang tidak begitu memuaskan. Dan semenjak bekerja, larut dalam rutinitas tiada akhir, tenggelam dalam situasi nyaman, God spot saya mengabur, habluminallah saya semakin jauh.
            Menelusuri benang merah itu, sangat berkaitan dengan fate, takdir, jalan hidup, apapunlah namanya.  Mungkin Allah belum membukakan jalan untuk saya menelusuri benang merah yang ada. Atau mungkin jalannya selalu terbuka, hanya saja tidak terlihat. Bisa jadi proses ini merupakan bagian dari tahap menelusuri benang merah tersebut guna menyingkap sedikit demi sedikit jalan yang masih kabur ini. Gud luck kawan… (dan juga untuk diri saya :))

Post a Comment

3 Comments

  1. karena kita gak tahu siapa jodoh kita di masa depan, makanya banyak kemungkinan. :D

    ReplyDelete
  2. saya suka postingan ini, saya juga pernah membaca perkara yang sama tentang memperbaiki hubungan dengan Allah juga sedekah untuk menjemput soulmate :)

    dulu saya juga berpikir bahwa pernikahan cukup dengan cinta dan saling sayang, tapi memang seiring faktor tumbuh dalam diri kita, akhirnya kita sadar bahwa ada hal urgen lain yang dibutuhkan dalam pernikahan. Gak mentok di cinta.
    Semoga lekas bertemu dan saling
    mengenali dengan sang soulmate :)

    ReplyDelete

thanks for your comment.

will be shown after moderation