Welcome to Phuket |
Menurut saya
sih, perkara saya jera ke Phuket ini sebagian besar dipengaruhi kondisi yang
sedang tidak pas. Saya sakit. Terparah selama 2 tahun terakhir, dan sakit yang
benar-benar sakit selama di perjalanan.
Sebenarnya badan
panas dan mual yang saya rasakan sudah semenjak seminggu sebelumnya. Berbagai
obat saya coba, mulai dari parasetamol, sistenol, antasida, ranitidin sampai
ondansetron . Suhu tubuh saya sebentar normal, terus naik lagi. Mual saya
sebentar muncul sebentar hilang. Dan hampir saja saya membatalkan keberangkatan.
But life must go on, dan saya tetap pada
rencana semula. Singkat cerita, pagi itu di daerah Patong, Phuket, cuaca
mendung dan diselingi rintik hujan, saya sudah siap dengan motor sewaan. Badan
sudah agak fit setelah malam sebelumnya saya mintan tolong dikerokin temen,
terus minum ibuprofen yang sempat saya beli di drugstore.
Berasa sudah
sembuh, saya gak bawa obat, padahal hari itu perjalanan lumayan melelahkan. Saya
ke Big Buddha yang jauhnya minta ampun, ke Wat Chalong, dilanjutin ke Pantai
Karon. Sorenya sempat hujan badai, dan seperti pengalaman saya di Belitung, menyewa motor bukan berarti juga menyewa mantel
hujan. Hampir senja saya sampai di hostel. Rasanya sudah mau pingsan, suhu
tubuh saya mungkin sekitar 39-40° C. Bangun untuk minum obat saja sudah gak
sanggup, dan saya menggigil hebat.
Bangla Street di Phuket |
Ini dia gak enaknya
sakit pas perjalananan, tetap harus mikirin schedule
dan planning awal trip ini.
Karena ada teman-teman seperjalanan yang juga tetap harus menikmati acara
traveling. Jangan sampai merepotkan dan merugikan mereka. Besok hari minggu dan
hari terakhir di Phuket. Rencana awal saya akan melewati overland border ke Malaysia
menggunakan bus dan memakan waktu sekitar 16 jam. Membayangkannya saja saya
sudah mau pingsan.
Apa besok saya
langsung balik ke Indonesia?.
Besok minggu ada direct flight ke Jakarta, sayang tiketnya 3
kali lipat dari harga tiket berangkat saya. Opsi lain saya transit di Singapur
ato KL, tapi ternyata setelah dikalkulasikan tiketnya tetap akan membuat saya
bangkrut seketika. Mau makan apa saya sampai akhir bulan ?. Belum lagi kalau
balik ke Jakarta,
saya cuma sendirian. Kalau harus
dirawat, saya pengennya balik ke Jambi, tapi libur saya cuma sampai hari senin.
Mau memperpanjang libur? Bisa kena getok atasan..
Opsi ketiga,
saya naek pesawat rute Phuket-KL. Jadi saya menunggu teman-teman di KL. Tapi
saya memprediksi kemungkinan terburuk jika sakit saya bertambah parah.
Mengingat gejala-gejala yang saya alami, sempat ada kecurigaan kena tifus.
Sakit dan sendirian di negara orang, wah..malah bikin tambah perkara.
Daerah Patong, Phuket |
Keesokan, masih
dengan mata bengkak dan persiapan obat seadanya, saya tetap pada rencana
semula, meluncur menggunakan bus. Saya diem sepanjang perjalanan di bus.
Padahal baru beberapa hari, dan saya kangen sangat dengan Indonesia.
Kondisi sakit dan lidah terasa pahit. Saya jadi ngidam masakan padang, Kawan.
Beranjak
meninggalkan Phuket, rasanya semakin lega. Sumpah Phuket ini benar-benar
gersang. Segala yang dilarang dalam keyakinan saya mereka lakukan. Thai boxing
dan lady boy dimana-mana. Apalagi hostel saya terletak dekat sekali dengan
Jalan Bangla, the most famous street in Phuket. Apa yang ditawarkan jalan ini?.
Tentu saja kehidupan malamnya. Hiruk pikuknya suasananya tak jauh beda dengan
daerah Seminyak dan Legian di Bali. Tapi masih mending Bali
sih yang punya ciri khas budaya. Apalagi dibandingkan dengan trip saya terakhir
ke Hanoi dan Ho Chi Minh City. Saya jauh lebih suka Vietnam.
Menemukan musholla saat singgah di Provinsi Trang, Thailand |
Mesjid Jamek |
Setelahnya, trip
ini menjadi lebih menyenangkan. Saya sembuh J. Padahal Di KL saya
mobile memanfaatkan LRT dan jalan kaki kemana-mana sambil bawa ransel. Entah
karena panadol yang tokcer, karena suasananya, atau justru karena exercise-nya. Tapi Alhamdulillah saya
kembali ke Jakarta,
sembuh, dan bisa beraktifitas seperti biasa.
Well.., baru kali ini, saya ke suatu tempat dan gak pengen balik lagi. Yah...kecuali kalau ada yang mau bayarin saya ke Phuket :P
Well.., baru kali ini, saya ke suatu tempat dan gak pengen balik lagi. Yah...kecuali kalau ada yang mau bayarin saya ke Phuket :P
Di Kuala Lumpur, kemana-mana jalan kaki dan bawa ransel |
2 Comments
wew....traveler sejati.... keren pasti banyak cerita, pengalaman dan ilmu yg didapat... bafru atu ternyata phuket begitu yak, komen yg pernah saya dapat tentang phuket, keren2, ternyata ga juga.. thanks inpohnya
ReplyDeleteTergantung dari sudut mana sih memandangnya. Lagian ya itu mungkin karena pas lagi sakit, jadi gak menikmati :(
ReplyDeleteAnyway, makasih udah jalan2 ke sini :)
thanks for your comment.
will be shown after moderation