Buku ini saya beli di toko buku Toga Mas, terakhir kali saya ke Jogja hampir setahun yang lalu. Dan baru sempat bikin reviewnya sekarang (kemane aja loh? :p).
Bercerita tentang seorang anak berusia 9 tahun yang divonis menderita leukemia bernama Sam. Isi buku ini merupakan harapan, pertanyaan, dan cerita keseharian yang (seolah) ditulis oleh Sam.
Konten yang paling dominan tentu saja konsep, pencarian makna, dan pertanyaan-pertanyaan mengenai kematian dari sudut pandang anak kecil. Pemikiran sederhana, yang mungkin dulu sewaktu kecil pernah terlintas dalam benak kita. Misalnya pertanyaan-pertanyaan Sam mengenai:
Bagaimana kita tahu kita sudah mati?
Kenapa ketika mendatangi pemakamana, orang-orang menggunakan pakaian serba hitam
Kemana orang pergi sesudah mati?
Kenapa sih orang harus mati?
Apakah dunia ini masih ada sesudah kita tidak ada?
Seperti apa kelihatannya orang yang sudah mati? Atau apa rasanya orang yang sudah mati?
Apa sebenarnya kematian itu?
Membaca buku ini mengingatkan saya pada banyak pertanyaan yang singgah di benak saya belasan tahun silam. Tuhan itu ada dimana? Kenapa orang harus kawin? Kenapa cewek dan cowok itu berbeda? Kenapa orang harus bekerja? Kenapa orang bisa mati? Apakah orang jahat mati harus selalu jadi hantu? Orang-orang yang sudah mati itu dikuburan ngapain menjelang mereka dibangkitkan lagi pada hari kiamat?. Kenapa cewek harus jatuh cinta pada cowok?.
Pertanyaan-pertanyaan yang sebagian terjawab dan sebagian hanya menjadi pertanyaan retoris seiring bertambahnya umur.
Buku yang hanya berjumlah 214 halaman ini, seolah mereframing otak dari konsep kematian yang jamak dipahami orang dewasa. Seperti framing yang mengajarkan bahwa setelah kematian, manusia diletakkan pada surga atau neraka tergantung perbuatan ia semasa hidup.
Yap…mungkin kita perlu menelaah ulang berbagai pemahaman yang diajarkan dunia orang dewasa. This book quite enought to get reflection.
0 Comments
thanks for your comment.
will be shown after moderation