Prahara Seorang Pengangguran

Prahara Seorang Pengangguran

Hope...

Now, i’m not okay. Overall i’m so pathetic. Starting review what happen to me 3 months ago…maybe it would help, I hope…

20oktober2010.
            Saya berpura-pura, ah kalau orang bilang kenapa saya belum bekerja. Saya jawab, ya sebenarnya sudah ada yang menerima saya bekerja. Tapi jauhlah, orangtua tidak mengizinkanlah, gajinya terlalu kecil, atau perusahaannya gak elit lah.
            Padahal saya tahu, kemampuan personal dan kematangan pada diri saya masih jauh dari bagus. Ah…bagaimana ini…, saya sendiri tahu kemampuan saya, tapi saya masih berekspektasi lebih.
            Sebenarnya cita-cita saya itu sangat tinggi. Bahkan mungkin terlampau tinggi, sampai saya tak tahu tangga terendah mana yang bisa saya naiki. Di atasnya besar, tapi pangkalnya masih amat kabur, bahkan abstrak.
Tahukah kamu kawan, bahwa saya ingin bekerja sebagai relawan atau pekerja sosial. Saya ingin bergabung dengan UNESCO ato WHO. Saya juga ingin punya web kesehatan yang ngetop dan keren yang dibicarakan seluruh masyarakat Indonesia. Saya pun ingin menulis sebuah novel inteligent yang menjadi best seller. Di sisi lain saya berhasrat mebangun sebuah usaha industri kecil obat tradisional dan kosmetik berbahan baku alam, saya sedang merancang sebuah  proposal SWOT mengenai bisnis ini. Tapi yang saya jumpai adalah saya yang terlalu terlena, gemar mengutuk-ngutuk diri, merasa pintar, tapi otak saya kosong.
            Sebenarnya saya tahu, bahwa inti dari semua itu adalah saya yang takut melangkah, membuat langkah pertama, itu yang sangat sulit. Padahal ketika langkah pertama sudah terlaksana, makan langkah selanjutnya akan menjadi lebih ringan.
            Kemudian hanya berdoa, sambil sedikit bertanya-tanya pada Tuhan. Kenapa ada orang yang diberi jalan dengan mudah menggapai impian, kenapa si A dikaruniai ini, kenapa saya tidak diberi kemampuan begini, kenapa saya dilahirkan di sini, seandainya Tuhan memberi kemampuan ini, apa yang bisa saya lakukan, dan bla bla bla bla….
            Yah….saya tahu pertanyaan- pertanyaan itu semua akan kembali pada saya. Seberapa besar usaha saya, seberapa besar yang dapat saya lakukan untuk dunia, seberapa besar saya telah mempergunakan dengan baik otak saya, jasmani saya, kemampuan-kemampuan lain yang Tuhan berikan sebagai bekal seorang anak manusia.
Ah…semua cobaan ini, mungkin karena saya terkadang merasa saya merupakan orang yang gampang sombong, dipuji dikit saja, saya sudah merasa di awang-awang. Padahal di atas langit pasti masih ada langit.
            Dan jika saya bertemu langit yang di atas saya, saya bisanya cuma mengeluh, berdalih, marah-marah dan ujung-ujungnya merasa minder.

28 Januari 2011.
            So…. Am I become a better person now? At least i’m not jobless anymore. And I (hope) still can keep mydreams. I know i’m not looser, just keep moving forward ^.^

Post a Comment

1 Comments

  1. cie yg dah kerjo, traktiran woy.

    btw, klo punyo mimpi yg tinggi, kok sring frustasi yo. klo aku sih gitu. aarrgghh.. bkn peninglh pokoknyo.

    ReplyDelete

thanks for your comment.

will be shown after moderation