“ There must be,
uncomfort feeling, awkward moment when you wake up in the morning, on different
bed, as usual. Feel different smell of the air that you take.”
But I always miss that feeling, sometimes trying
to repeat once, and once more.
Hotel Sahid
Gunawangsa, Surabaya
Lobby- Sahid Gunawangsa, Surabaya |
Hotel ini sebenarnya bagian dari
Apartement Sahid Gunawangsa Surabaya. Jadi ada beberapa lantai dari gedung yang
dijadikan apartement dan ada beberapa lantai yang dijadikan hotel. Dibuka sekitar Juni 2013 lalu, usianya masih
seumur jagung. Meski sudah beroperasi, di sana-sini masih terdapat perbaikan. Cuma
saya menangkap kesan ‘mau bikin budget hotel, tapi modalnya nanggung’. Bekas
apartement yang dipoles, tambal sana tambal sini. Hasilnya? Ya serba nanggung.
Kamar mandinya adalah bagian
yang paling mengecewakan. Lebih mirip
kamar mandi kos-kosan ketimbang kamar mandi hotel. Sangat sempit dan plain, gak ada hiasan atau ‘pemanis’
sedikitpun. Saking sempitnya, wastafel
pun berada di luar kamar mandi.
Selain kamar mandi, lorong antar kamar juga sangat plain. Bercat putih, kosong melompong
dengan penerangan standard. Seperti berada di flat. Saya hanya membandingkan
dengan budget hotel lainnya, yang meskipun ruangannya sempit, tapi rata-rata
bermain di design interior. Sempit pun
terasa luas. Murah pun terasa agak berkelas. Sahid Grup sepertinya masih harus
belajar banyak untuk pengelolaan hotel sejenis ini.
Sedangkan
bagian terbaik dari hotel ini adalah sarapan pagi, wifi dengan akses cepat, dan
staf yang ramah. Sewaktu di kamar, saya sempat ditelpon staf hotel menanyakan
kesan saya menginap di hotel ini.
Sarapan pagi malah di atas rata-rata budget hotel. Menu
bervariasi dan enak. Surabaya, atau Jawa Timur lebih tepatnya, punya cita rasa
kuliner yang berkualitas. Setidaknya di lidah saya. Even makanan yang dibeli secara acak di warung atau gerobak di
pinggir jalan, rasanya kerap menggoyang lidah.
Kamar- Sahid Gunawangsa, Surabaya |
Kamar- Sahid Gunawangsa, Surabaya |
Lobby, Sahid Gunawangsa, Surabaya |
Hotel Martani di Tanjung Pandan, Belitung
Hotel Martani, Belitung |
Tidak banyak pilihan hotel di Tanjung Pandan. Laskar
Pelangi terkenal dimana-mana. Orang-orang mulai melirik Belitung. Tapi
penginapan dan akomodasi lainnya belum siap menghadapi ledakan pelancong.
Terlebih saat saya berkunjung ke sana dua tahun silam, tepatnya Desember 2011.
Biasanya saat hendak bepergian, terutama dengan cara
backpackeran, maka akan ada pembagian tugas. Siapa yang mempersiapkan
penginapan, transportasi selama di tempat tujuan, rute perjalanan, cuaca, dan
berbagai informasi standard lainnya. Kali itu, kawan saya yang kebagian mencari
info penginapan. Lewat mesin pencari Google, ia menemukan hotel ini. Di pusat
kota, sangat dekat, berjalan kaki tak sampai 10 menit, menuju Pasar Ikan
Tanjung Pandan.
Seperti kebanyakan orang Sumatra, staf hotel ini tak tedeng
aling-aling. Kawan saya menghubungi via telpon, menanyakan seputar rate dan
booking hotel. Dijawab cepat dan lugas. Dan tentu saja tidak menggambarkan staf
hotel seharusnya.
Gerbang sebelum pintu masuk hotel dihiasi sebuah meriam
artifisial. Model bangunan hotel agak
mirip Hotel Richie di Malang. Bangunan tua, dilengkapi aksesoris: lemari, meja
rias, dan gantungan baju yang kelihatam tak kalah tua. Tapi yang menyenangkan
dari bangunan tua adalah desainnya tak pelit soal luas ruangan. Ada lorong
panjang dengan taman di sisi kiri dan kanan. Kamarnya pun cukup luas, hampir
satu setengah kali kamar standar rata-rata budget hotel.
Tamu hotel cukup banyak (saat itu sedang libur panjang
Natal). Yang diatas rata-rata adalah buffet breakfastnya. Sungguh memuaskan
dengan rate hotel yang gak nyampe 250 ribu per malam. Tersedia pula layanan
antar jemput ke Bandara dengan biaya 50 ribu per orang. Cukup mahal, tapi apa
mau dikata, di Tanjung Pandan tak ada damri pun hampir tak ada transportasi
umum. Untuk mobilitas, hotel ini menyediakan sewa motor per hari seharga 60
ribu sudah termasuk bensin.
Kamar- Hotel Martani, Belitung |
*review ini sebatas yang penulis alami. Tentu saja berisi penilaian subjektif penulis. Tidak ada unsur promosi dan atau iklan sama sekali.
2 Comments
Jalan-jalan terusss.... Dari dulu pengen ke SBY malah gak kesampaian. Hahaha...
ReplyDeleteBwahaha...lagi rezekinya aja Qefy.. dikasih kesempatan buat jalan-jalan :)
ReplyDeletethanks for your comment.
will be shown after moderation