Tentang Pengalaman Pertama

Tentang Pengalaman Pertama



pantai pasir putih di Karimun Jawa
White Shores Everywhere
Perjalanan ke Karimun Jawa ini saya lakukan akhir Maret 2009 lalu bersama seorang teman. Ini adalah trip pertama saya dengan tempat tujuan dimana saya tidak mengenal siapapun di sana. Begitu pun dengan teman saya. Kami hanya bermodal uang yang sangat pas-pasan, rute yang kami ketahui dari hasil mengorek informasi sana-sini dan tentu saja keberanian sebesar gajah.
            Kapal dari Jepara yang menuju Karimun Jawa ada 3 kali seminggu. Dan kami memutuskan berangkat dari Jepara hari Sabtu dan akan kembali hari Senin. Maka berangkatlah kami dari Jogja jumat sore. Saya merelakan bolos kuliah setengah hari jumat dan hari sabtu seharian demi trip ini. Sampai di terminal Terboyo, Semarang sekita pukul 5 sore. Kami lanjutkan perjalanan naik bus ke Jepara dan tiba hampir pukul 9 malam.
            Beruntung saya punya teman kuliah yang asli Jepara dan saat itu sedang berlibur. Kami lalu membuat janji bertemu di Alun-alun. Ternyata teman saya ini tak sendiri. Ia bersama bersama seorang temannya yang ternyata orang asli Karimun Jawa. Huff....dapat guide gratis neh. Saya senang-senang saja walaupun teman saya sedikit tidak suka. Katanya karena perjalanan kami jadi tidak mengasyikkan dan menegangkan.
            Malam itu teman saya mengusulkan (lagi-lagi) untuk menghemat kami menginap di mesjid ato rumah sakit. Tapi saya berkeras untuk tetap hati-hati mengingat kami berdua perempuan, apalagi masih perawan (:P). Alhasil kami memutuskan menginap di losmen dekat pelabuhan dengan tarif 40 rb per malam. Terus terang baru kali itu saya nginap di tempat yang begitu joroknya. Jendela kamar yang tidak bisa dirapatkan, kasur penuh debu, apalagi kamar mandinya tak usah ditanya. Lalu jika ingin kipas angin, kami harus menyewa lagi per malam 5 rb rupiah. Sayangnya malam itu kami tidak menyewa karena alasan penghematan uang. Karena perjalanan yang melelahkan, meski panas dan banyak nyamuk, tetap saja kami bisa tertidur pulas.
Pulau Karimun Jawa
Pulau Karimun Jawa
            Dari Jepara perlu waktu 6 jam naik kapal untuk sampai ke Karimun Jawa. Dengan bantuan si Guide kami akhirnya memutuskan tinggal di rumah penduduk. Sebuah keberuntungan karena jelas menghemat uang. Apalagi karena suatu hal, kapal baru kembali ke Jepara hari Selasa. Penginapan termurah di sana sekita 60 rb padahal uang di kantong hanya 200 rb lebih dikit. Dan jangankan berpikir buat menggunakan kartu kredit atau ngambil duit di ATM. Di sana cuma ada Bank BRI Unit yang tutup karena sedang weekend. Tentunya kami tak ingin ada headline news di koran kriminal ”Dua orang perempuan muda yang tak diketahui identitasnya ditemukan tewas kelaparan di Daerah Wisata Karimun Jawa”. Atau yang lebih mantap  ”Misteri Tewasnya 2 Pengunjung Karimun Jawa”.

senja di karimun jawa
Senja dan Laut selalu membuat saya jatuh cinta pada kehidupan
            Belum lagi saya hanya membawa persediaan pakaian yang terbatas. Padahal sumpah di sana gerah sekali, dan jangankan mencari kipas angin. Listrik cuma ada malam hari dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi. Sehingga menggunakan barang bertenaga listrik pun harus hemat-hemat. Handphone misalnya, kalau bukan telpon atau SMS penting, sebaiknya abaikan saja.
            Beberapa pelajaran moral yang saya coba rangkum dari perjalanan ini:
mancing di karimun jawa
Mancing Sesorean di Dermaga
Pelajaran moral no.1-- Perhatikan dengan siapa kita mengadakan perjalanan. Biasanya saya ke pantai di sekitar Yogya bersama teman-teman, pasti bisa bersenang-senang, tertawa-tawa sambil mandi di pantai. Jika memang menginginkan liburan yang menyenangkan, ajaklah beberapa teman supaya ramai dan menyenangkan. Namun jika ingin menikmati tempat kita melakukan trip. Seperti yang saya lakukan. Kami hanya berdua, di pantai sepanjang 2 kilometer, tentu saja suasana tidak seramai biasanya.  Tiap sore kami sempatkan untuk duduk ngobrol sana-sini sambil menikmati senja. Kadang jika habis bahan obrolan, ya sudah kami cuma diam bengong seperti orang yang tak saling kenal. Waktu itu saya mikir tempat ini begitu indah tapi tanpa ada orang yang saya kenal dan saya sayangi, rasanya semua hampa. Seperti juga hidup, betapa indahpun tempat kita tinggal dan barang-barang yang kita miliki, semua akan terasa hampa tanpa teman untuk berbagi. Dua hari yang luar biasa terasa begitu panjang. Saya merasa tiba-tiba terdampar di suatu tempat asing, dengan orang-orang asing.
            Pelajaran no.2 ---Tepatlah berprasangka terhadap orang. Saya termasuk orang yang sering berprasangka tidak baik terhadap orang lain, sayangny saya juga kadang suka naif. Andai saja saya punya kemampuan untuk melihat aura seseorang, saya tentu tidak sekhawatir itu. Si Guide itu memiliki sifat baik yang menurut kadar saya amat berlebihan. Malam pertama kami habiskan dengan rasa ketakutan setengah mati. Saya sempat berpikir kalaupun saya dan teman saya di apa-apain sama penduduk sini, tidak ada yang bakal tahu. Tidak bakal ada yang bisa nolong. Mungkin saya kebanyak nonton film thriller remaja ala Hollywood. Terdampar di sebuah pulau kecil di tengah Samudra, dan tak mengenal siapapun di sana. Apabila kami dijahatin orang, gampang tentunya. Lalu makin hari, saya baru bisa percaya, tentunya dengan berbagai argumen dan perkiraan bersama teman saya tersebut. Saya berpikir yang bukan-bukan dan teman saya mengatakan ini semua hanya masalah uang. Tapi tebakan teman saya juga tak selalu benar. Buktinya ketika kami pulang, saya menyerahkan sejumlah uang, eh sama si Ibu yang dah masakin kita pagi, siang, malam, yang kami pinjam motornya buat jalan-jalan tak tentu arah, yang dah nyuruh anaknya jadi guide kami, yang merelakan perahunya buat ngantar kita ke Pulau Menjangan dimana terdapat peternakan hiu, malah mengembalikan sebagianuangnya,  katanya buat ongkos balik ke Jogja. Sewaktu perjalanan kembali Jepara, sambil melihat rombongan lumba-lumba di laut lepas, teman saya akhirnya berkomentar bahwa masih ada orang yang benar-benar baik di dunia ini.
Pelajaran no.3----Pandai-pandai mengatur jadwal jika memang ingin melakukan trip. Kami datang ke sana, tanpa tujuan dan skedul yang jelas. Alhasil waktu 3 hari yang tentunya bisa dimaksimalkan, menurut saya benar-benar tidak maksimal. Siangnya karena kecapekan kami biasanya tidur, bangun-bangun langsung ke dermaga sambil mancing dengan umpan permen Yupi (haha...konyol banget neh). Tapi bener lo, karena permen Yupi warnanya menarik, ikan ikan tersebut pasti mengejar ketika awal kami melemparkan umpan. Di sana airnya jernih sampai ikan-ikan dan trumbu karangnya kelihatan. Pulangnya kita hanya bisa menyesal karena tidak memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Yang saya sangat sesalkan kami belum sempat snorkling. Hiks...hiks...
Pelajaran no.3 ini seperti pelajaran hidup, pandai-pandailah mengatur jadwal dalam hidup, jangan terlalu banyak istirahat. Semua ada batas waktunya. Kami menganggap liburan tersebut sudah cukup, nyatanya ketika pulang kita merasa liburan tersebut terlalu singkat dan ingin kembali, tapi kapal telah beranjak dari dermaga, dan kita punya kewajiban lain yang harus di lakukan. Saya sangat mengambil hikmah dari pelajaran no.3 ini, betapa hidup meamng harus ada skedul, tidak bisa tanpa rencana dan mengalir dengan sendiri.  Karena yang bertanggung jawab terhadap hidupnya hanya orang itu sendiri, jadi pandai-pandailah mengatur hidup, karena bumi adalah tempat wisata terindah. Tentukan jadwal dan waktu untuk mengelilinginya, sebab waktu yang disediakan hidup sangatlah sempit.
            Sebenarnya ada beberapa pelajaran lagi yang sempat saya tulis di catatan perjalanan yang saya bawa. cuma karena sudah beberapa bulan yang lalu, saya lupa menaruh kertas catatan perjalanan yang lecek tersebut.
 Hmm....Pelajaran terakhir dari perjalanan ini----jangan pernah meremehkan sesuatu , apapun itu (walopun cuma kerta lecek). Karena pasti memiliki implikasi, entah besar entah kecil entah signifikan entah gak, pada kehidupan kita di masa mendatang.  
             
YK, 10 juli 2009.

Well, itulah pengalaman pertama saya backpacking. Menurut saya, travelling itu seperti berselingkuh: melelahkan, merepotkan, tetapi memacu adrenalin. Ia membuat seseorang kecanduan!!!
NB: Pesan moral terakhir, jadi bepergianlah ketimbang harus berselingkuh.
pantai karimun jawa jepara
Pantai yang landai

backpacking ke karimun jawa
Bercengkrama dengan penduduk lokal

Post a Comment

0 Comments